Old shanghai menawarkan kecantikan dan kemegahan visual yang memikat bagi para pengunjung. Mulai dari bangunan bergaya istana Tiongkok, lampion-lampion berwarna merah khas China, tulisan shufa atau seni kaligrafi Tiongkok, bahkan patung dewa dan dewi disiapkan untuk para pengunjung yang bersembahyang. Sudut-sudut kecilnya memberikan peluang bagi pengunjung untuk mengabadikan momen-momen singkat.
Salah satu pengunjung Old Shanghai, Alifia Setya Syarof, mengamati daya tarik utama wisata tersebut. Menurutnya, banyak spot foto di setiap sudutnya yang menciptakan momen berkesan bagi pengunjung. Ia juga menekankan kemudahan akses dan menyatakan tidak perlu ke Pantai Indah Kapuk (PIK) di Jakarta Utara. Menurutnya, kehadiran Old Shanghai menawarkan alternatif yang menarik, sehingga mendapatkan pengalaman serupa.
"Yang pertama sih karena spotnya ya, spot fotonya tuh banyak banget di setiap sudutnya, jadi kita dapat momen-momen yang berkesan. Terus juga enggak usah jauh jauh ke PIK Jakarta Utara, jadi kalau di sini ada kenapa harus jauh-jauh?" Ujar Alifia Setya Syarof, pada Selasa (19/12/2023).
Berbeda dengan wisata serupa di tempat lain, akses untuk masuk ke tempat ini sangat terjangkau. Mulai dari parkiran sampai masuk kedalam area wisata tidak dikenakan biaya, sehingga meningkatkan kemudahan pengunjung untuk menikmati wisata tersebut. Suasana Old Shanghai, pengunjung merasakan budaya Tionghoa yang begitu asli sehingga pengunjung bisa merasakan sensasi berada di negeri yang jauh dari kampung halaman tempat mereka tinggal.
"Biasanya kita kalo mau berwisata pasti jauh, wisata kayak gini jarang banget di jakarta timur, biasanyakan kayak di kampung China gitu mahal atau berbayar gitu kan? Kalo disini dari mulai parkiran sampe masuknya juga gratis, jadi di sini terjangkau banget sih," kata Alifia.
"Di Old Sanghai ini tuh kita kayak ngerasain lagi di negeri China sungguhan, kita ngerasain suasana beda, kayak bukan di negeri kita sendiri gitu," tambahnya.
Old Shanghai tidak hanya memukau dengan arsitekturnya yang klasik, tetapi juga menawarkan ragam kuliner yang menarik perhatian para pengunjung. Menjelajahi kuliner di Old Shanghai mungkin menjadi tantangan. Pasalnya, mayoritas kuliner di sana cenderung menghadirkan banyak pilihan makanan untuk non muslim yang mengandung unsur non halal.
Dalam mengeksplorasi keanekaragaman kuliner di Old Shanghai, beberapa pengunjung mengamati kebijakan yang diterapkan untuk memberikan keterangan yang jelas terkait kapasitas kehalalan suatu makanan. Meskipun banyak pilihan kuliner untuk non muslim, kelebihan yang dipuji oleh pengunjung adalah adanya penjelasan yang tercantum pada setiap menu. Penggunaan tanda khusus seperti tulisan "babi" untuk kuliner non muslim, dan "halal" untuk Muslim, sehingga memberi kemudahan bagi pengunjung dalam memilih makanan sesuai dengan kesukaan dan kepercayaan mereka.
"Walaupun disini kebanyakan kuliner untuk nonis, enaknya itu, di setiap kuliner ada keterangannya, kalo buat nonis itu ada tulisan babi nya, dan kalo untuk muslim ada tulisan halalnya, jadi ga perlu khawatir," Jelas Alifia
Namun demikian, salah satu pedagang kuliner di Old Shanghai, Risa Nabilatul Qur'ani, memperhatikan bahwa keseimbangan antara pilihan kuliner muslim dan non muslim sepertinya belum sepenuhnya terwujud. Perhatian khusus diberikan pada sebagian besar hidangan non muslim yang cenderung non halal. Hal ini menjadikan pengalaman kuliner di sini kurang seimbang, dan seharusnya terdapat kesetaraan dalam pilihan kuliner di destinasi ini.
"Kalau ke sini yang cuma benar-benar kita mau cari kulineran kurang kak karena kan di sini kulinernya kebanyakannya yang kalo untuk yang agamis banget juga enggak, paling di sini banyak karena makanan makanan nonis yang non halal gitu. Jadi ya kurang lah, harusnya kan balance," ujar Risa Nabilatul Qur'ani, pedagang zozo dessert di Old Shanghai, pada Selasa (19/12/2023).
Ragam kuliner di Old Shanghai, memiliki beberapa rekomendasi yang menonjol dari deretan kuliner. Untuk para pecinta kuliner halal antara lain, yaitu zozo dessert, es cendol soekajadi, kwetiau sapi aboy, meski harganya mahal, namun sebanding dengan kelezatannya. Di sisi lain, bagi pecinta makanan non halal, beberapa pilihan terkenal melibatkan babi panggang, sinar harapan, serta dua restoran besar, yaitu mutiara dan shu go yin xiang.
"Kalau di deretan sini ada di di tempat aku zozo dessert, es cendol. Untuk makanannya kwetiau Sapi halal, namanya kwetiau aboy, harganya lumayan tapi memang enak banget, kalau untuk yang non halal itu yang terkenalnya ada di babi panggang atau nggak sinar harapan, sama dua lagi mutiara sama shu go yin xiang itu restoran besarnya," jelas Risa.
Para pedagang kuliner di Old Shanghai mencari cara kreatif untuk menjaga daya tarik dan meningkatkan minat pengunjung. Beberapa strategi yang diterapkan, yaitu dengan cara promosi, seperti penawaran khusus untuk membeli 3 minuman seharga Rp50 ribu.
Selain itu, para pedagang kuliner juga saling berkolaborasi. Melalui kolaborasi ini, mereka bertujuan untuk menciptakan suasana yang mengundang dan beragam, menawarkan pengalaman unik kepada pengunjung. Salah satu praktik yang diterapkan adalah memberikan sapaan atau greeting yang ramah kepada pengunjung, dengan aturan yang jelas bahwa tugas ini dilakukan secara bergantian. Dengan demikian, pedagang kuliner bekerja sama untuk menjaga daya tarik dan keberagaman di Old Shanghai.
"Kalau kita sih ngadain promo si kak, kaya beli 3 minuman itu Rp50 ribu, terus juga paling greeting ya, greeting itu tapi di sini ada aturannya, yaitu secara bergantian untuk menawarkan seperti itu," ucap Risa.
Selain wisata dan kuliner, Old Shanghai juga mempersembahkan musik vokal yang menghibur untuk para pengunjung, hiburan tersebut biasanya dilaksanakan mulai sore sampai malam hari.
Old Shanghai buka setiap hari mulai pukul 10.00 WIB 22.00 WIB pada hari biasa, sedangkan untuk Sabtu, Minggu dan libur nasional buka mulai pukul 07.00 WIB 23.00 WIB.