Dilema ini dihadapi oleh semua pengambil kebijakan, termasuk bank sentral Amerika Serikat (AS). Kegagalan Lehman Brothers telah menyisakan sebuah penyesalan dari orang nomor satu di bank sentral AS.
Bernanke, gubernur bank sentral AS, mengatakan bank sentral AS dan Treasury Department tidak akan membiarkan Lehman bangkrut seandainya mereka lebih cepat menerima mandat dari DPR AS. Bernanke lebih lanjut mengatakan dampak kegagalan Lehman sangat luas. Seandainya Lehman diselamatkan, rakyat AS tidak akan mengalami kekacauan ekonomi, dan pemerintah AS tidak perlu memberikan bantuan likuditas dalam jumlah besar.
Apa yang membuat Bernanke menyesali keputusannya?
Pada saat itu, kebijakan bank sentral AS dianggap tepat karena sebagian besar aset yang dimiliki Lehman bermasalah. Menyelamatkan Lehman hanya akan menambah beban yang harus ditanggung warga AS, dan dikhawatirkan menimbulkan moral hazard bagi perusahaan keuangan lainnya.
Bernanke telah memperhitungkan jatuhnya Lehman tidak akan banyak mempengaruhi investor dan pasar keuangan karena kegagalan sebuah perusahaan adalah hal yang biasa dalam mekanisme pasar.
Disinilah letak kesalahan bank sentral AS. Bernanke terlalu percaya diri dengan analisanya sehingga salah dalam mengantisipasi reaksi pasar. Ditengah kondisi global yang belum stabil, otoritas moneter AS mengirimkan sinyal negatif kepada investor dan pasar keuangan. Akibatnya, warga AS menuai badai dari benih yang ditanam oleh bank sentral. Tidak hanya itu, rakyat di seluruh dunia pun harus ikut merasakan kekacauan yang dilakukan oleh Bernanke.
Berapa biaya yang diperlukan untuk menyelamatkan Lehman?
Beberapa sumber menyebutkan biaya yang diperlukan sekitar 65 miliar dollar hingga 75 miliar dollar. Jumlah yang relatif sedikit dibandingkan ongkos yang harus dikeluarkan untuk memperbaiki kerusakan ekonomi AS paska ambruknya Lehman.
Namun, nasi telah menjadi bubur. Pada tanggal 14 September 2008, Lehman telah dibiarkan bangkrut. Setelah Lehman berhenti beroperasi, kondisi ekonomi AS dan global semakin memburuk. Perusahaan keuangan lain seperti AIG ikut terkena imbas kegagalan Lehman.
Bernanke menyadari kesalahannya, dan tidak mau dua kali terperosok ke dalam lubang yang sama. Bank sentral AS pun memberikan bantuan ke AIG sebesar 85 miliar dollar. Selain itu, pemerintah AS menganggarkan stimulus sebesar 787 miliar dollar untuk mendongkrak pertumbuhan dan mengurangi pengangguran di AS.
Dampak kerusakan Lehman sungguh luar biasa. Dalam laporan Global Financial Stability yang diterbitkan IMF disebutkan stimulus ekonomi yang dikeluarkan oleh negara maju (negara-negara di Eropa, Jepang, Swedia, Swiss, Inggris, dan AS) meningkat tajam sebagai dampak dari kegagalan Lehman (lihat Grafik).
Kebijakan Bernanke pun menuai berbagai kritik dari bank sentral Eropa dan ekonom AS. Lorenzo Bini Smaghi, anggota dewan eksekutif European Central Bank, mengatakan Lehman seharusnya bisa dan dapat diselamatkan oleh bank sentral AS.
Sementara itu, Alan Blinder, ekonom dari Princenton University-AS, berpendapat bank sentral AS melakukan kesalahan besar dengan membiarkan Lehman bangkrut. Paska jatuhnya Lehman, tidak ada satupun perusahaan keuangan yang aman dari goncangan krisis, dan ekonomi AS bagaikan batu yang tenggelam dalam air.
Apa hikmah yang bisa dipetik dari bank sentral AS?
Dilema yang dihadapi bank sentral AS sangat mungkin dialami oleh pengambil kebijakan di negara lain, termasuk di Indonesia.
Hikmah yang bisa dipetik adalah “kebijakan bagaikan anak panah yang dilepaskan dari busurnya”. Pengambil kebijakan harus bisa membidik target dengan akurat karena anak panah yang terlanjur dilepaskan tidak bisa lagi dikendalikan.
Pengambil kebijakan harus berhati-hati dan konservatif dalam menetapkan suatu kebijakan serta dituntut berpikir secara makro, dan forward looking dalam menganalisa dampak kebijakan yang akan diputuskan.
Setiap kebijakan yang diambil harus dilakukan untuk menjaga kestabilan ekonomi, dan memberikan ketenangan bagi pelaku keuangan serta investor. Pengambil kebijakan tidak boleh salah dan terlambat dalam mengambil keputusan karena gerak-geriknya selalu diawasi oleh spekulan yang siap mengambil keuntungan.
Alasan-alasan inilah yang barangkali menjadi pemikiran Sri Mulyani dan Boediono dalam menyelamatkan Bank Century (BC). Mereka tidak mau goncangan yang terjadi di AS merambat ke Indonesia, dan terbukti ekonomi kita tahan dari goncangan krisis global.
Namun rupanya, kebijakan mereka menuai berbagai kritik. Banyak yang menganggap BC tidak sebanding dengan Lehman dan tidak sistemik, seandainya dibiarkan bangkrut pun tidak akan mempengaruhi kondisi perekonomian.
Dalam situasi ekonomi yang tidak stabil sangat riskan membiarkan sebuah bank ambruk, dan sudah menjadi tugas pengambil kebijakan untuk memperbaiki distorsi yang berpotensi mengganggu stabilitas ekonomi.
Harapan tinggalah sebuah harapan. Kasus BC menunjukkan kebijakan di Indonesia tidak cukup diibaratkan dengan sebuah game theory dan anak panah, kebijakan di negara kita juga bisa diibaratkan pisau bermata dua. Kebijakan yang telah diputuskan bisa melukai sang pengambil kebijakan.