Pamor olahraga sepak bola yang mendunia, otomatis ikut mengangkat nama pemainnya. Jamak diketahui bahwa zaman sekarang, pemain sepak bola sudah menyamai pamor selebritis. Dan sepakbola Indonesia termasuk di dalamnya.
Sayangnya di Indonesia, (dalam penglihatan saya) keberadaan pemain sepak bola yang menjadi "selebritis" cenderung mengekspos dirinya secara berlebihan. Bergaul dengan selebritis papan atas, digosipkan pacaran dengan si aktris anu sampai pada skandal perkelahian yang berujung pada pihak kepolisian.
Dan hal ini biasanya berimbas pada permainan mereka di lapangan hijau. Mulai dari kulaitas permainan yang menurun, hingga mendapatkan sanksi disiplin.
Kita baru saja merayakan kemenangan dalam pertandingan kualifikasi piala Asia U-19. Dimana para pemain garuda berhasil mengalahkan Korea Selatan 3-2. Prestasi ini tentu mambanggakan. Disamping karena Indonesia berhasil mengalahkan negara besar sekelas Korea Selatan, juga karena selama beberapa dekade ke belakang, Indonesia minim juara di tingkat Asia.
Konsentrasi kita selanjutnya adalah menyiapkan energi untuk pertandingan putaran final Piala Asia U19 di Myanmar pada Oktober 2014. Dalam hal ini, kita tidak perlu meragukan kesiapan tim Garuda Muda dan tentu saja bimbingan sang pelatih Indra Sjafri.
"Setelah lolos ke Piala Asia para pemain akan diliburkan selama seminggu. Kemudian, kami berbenah menghadapi kejuaraan Piala Asia. Kami punya waktu 1 tahun,"( Indra Sjafri dalam konferensi pers seusai pertandingan melawan Korea Selatan U-19, Sabtu 12/10/2013 ).
Tentu, waktu satu tahun bisa dianggap sebagai sebuah persiapan matang. Namun, yang tidak kalah penting dari itu semua adalah bagaimana "mensterilkan" Garuda Muda kita dari gaya hidup selebritis. Agar mereka tetap bisa konsentrasi pada laga di tahun mendatang untuk mendapatkan kemenangan setingkat lebih tinggi. Dan yang lebih penting adalah, agar mereka tak terjangkiti "virus" gosip-gosip heboh dan numpang tenar seperti yang sering dialami oleh senior-senior mereka.
