Setelah dilimpahkan dari penyidik Ditlantas Polda Metro Jaya, Rabu (15/1) Kejaksaan Tinggi DKI pun menyodorkan berkas ke Kejaksaan Negeri Jakarta Timur untuk lekas disidangkan. Menurut jadwal, dalam pekan-pekan ini Dul akan dimejahijaukan.
Sidang ini bakal menyedot perhatian. Dul dijerat pasal 310 ayat 4 Undang-Undang Lalulintas Angkutan Jalan dengan ancaman hukuman 6 tahun penjara. Tapi lantaran ia dibawah umur, hukumannya bisa dikorting hanya menjadi 3 tahun. Bila berakhir seperti itu, menarik adalah menerka-nerka seperti apa Dul menjalani hari-hari dalam bui, dan terlahir kembali menjadi macam apa kelak bila ia telah keluar dari penjara.
Dalam penjara, Dul akan menjalani kehidupan yang amat berbeda. Ia diajari bagaimana mengepel lantai, memangkas rumput, menguras bak mandi. Sesuatu yang mungkin tak ia lakukan di rumah sang ayah. Ia juga akan menjalani ritual keagamaan yang intens. Subuh, saat kantuk masih memberati mata, ia harus sudah sholat berjamaah di mushola. Dan secara berkala ia mendapat siraman rohani, termasuk pesantren yang ada di lapas anak. Terpenting, ia tak boleh gondrong gimbal seperti sebelumnya.
Selain pembinaan iman, dalam Lapas Anak Pria Tangerang -- kemungkinan besar Dul akan 'diinapkan' di sana bila hakim memvonis hukuman penjara -- ia akan dikenalkan dengan berbagai macam keterampilan, mulai menjahit, bengkel mesin, mengukir kayu, dan potong rambut/salon. Ia juga akan menjalani sekolah reguler, setelah sebelumnya ia dan dua kakaknya lebih intim dengan home schooling. Di Lapas Anak Tangerang, terdapat sekolah-sekolah SD, SMP, dan SMA (paket C). ABG ini tentunya bakal duduk di bangku SMP, entah kelas 1 atau 2, mengingat usianya baru menapak 14 tahun.
Kemungkinan Dul yang lahir Rabu Legi, 23 Agustus 2000, ini akan tampak cerdas dibanding kawan-kawan seusianya yang bisa saja datang dari berbagai latarbelakang 'miring', macam copet, pengutil baju di swalayan, atau preman. Sebagai pria Virgo, Dul akan kritis menjawab/mendebat gurunya. Guru-gurunya di sekolah bisa jadi menunjuknya jadi ketua kelas.
Setelah penat sekolah, Dul akan bermain komputer/internet. Di Lapas Anak Tangerang ada fasilitas internet. Oh iya, ia juga akan menunjukkan kemahirannya bermain sepakbola. Ada lapangan sepakbola di lapas tersebut, disamping lapangan tenis, basket, dan bulutangkis. Tentu ia akan beraksi sesudah kakinya yang patah akibat kecelakaan hebat itu benar-benar sembuh. Dan trauma sudah betul-betul hilang dari ingatannya.
Sesuatu yang mungkin membuat Dul merasa nyaman dalam penjara adalah kesempatan menyalurkan bakat bermusik. Ia adalah pemain bass dalam kelompok The Lucky Laki bersama dua saudara kandungnya. Betapa banyak nanti pengagumnya. Dan betapa banyak nanti anak-anak dalam lapas itu ingin bergabung dalam band baru dengan Dul di dalamnya. Band tersebut kelak akan sering beraksi manakala Lapas Anak Tangerang mendapat kunjungan dari pejabat pemerintah, atau pihak luar yang ingin mengintip aktivitas lapas yang lebih mirip panti asuhan dalam sentuhan-sentuhannya.
Ahmad Dhani tentu bukan tanpa alasan mengapa ia menamai anak ketiganya ini dengan Abdul Qodir Jaelani. Abdul Qodir Jaelani adalah ulama fiqih asal Iran yang dihormati kaum Sunni. Abdul Qodir -- meninggal di Bagdad, Irak, pada 15 Januari 1166 -- dianggap wali oleh dunia tarekat dan sufisme. Dhani ingin Dul kelak menjadi manusia istimewa, berbudi, dan berguna bagi sesama.
Hanya saja, Dhani tampaknya tidak mempercayai mitos penggantian nama. Di Jawa, tempat kelahiran Dhani, barangsiapa anak-anak mengalami masa suram dalam hidupnya, atau menderita penyakit yang tak sembuh-sembuh, orangtuanya mengganti nama anak tersebut agar sengkala sirna akibat "keberatan nama". Diyakini, Dul akan tetap memakai nama Abdul Qodir Jaelani, meski beban nama itu sungguh luar biasa besar.
Itu yang kemudian memunculkan was-was kita, jangan-jangan Dul tetap bengal meski telah sekian waktu dipoles dalam lapas anak. Jangan-jangan pendidikan ala Dhani lebih kuat ketimbang kurikulum lapas yang menumbuhsuburkan kepedulian, tabula rasa, kontrol diri, dan keimanan. Jangan-jangan berkenalan dengan gali kecil dan para preman justru mengubah karakter Dul menjadi begitu sangar.
Mungkin selepas dari lapas Dul akan tampak sangat santun. Ia akan diberitakan infotainmen mendatangi pengajian-pengajian, atau menyumbang panti asuhan. Namun, dua bulan kemudian beritanya berbeda. Dul diberitakan gandengan dengan pacarnya keluar masuk mall, dengan tingkah bukan mirip bocah. Lebih ngeri lagi, ia menganggap kecelakaan yang ia alami di Tol Jagorawi tak lebih secuil pemanasan untuk menjadikannya tukang kebut yang lebih nggegirisi ...
Semoga saja itu tidak terjadi. Semoga pula, cara Dhani membesarkan hati saat Dul menghadapi persidangan ini dicerna dengan baik oleh Dul. Belum lama ini, kepada Dul, Dhani mengisahkan riwayat Nabi Yusuf yang harus dihukum dulu sebelum menjadi manusia yang alim.
Ah, mudah-mudahan Dul memahami makna "alim" ...
-Arief Firhanusa-