Beberapa saat lalu saya membaca pendar mata Tantri, calon istrimu. Manik mata yang menyunggingkan cinta tiada tara, melebihi gugus bintang di ujung lapangan tatkala Tantri meloncat-loncat menyanyikan lagu Beraksi yang berdurasi 3 menit 26 detik itu.
Cinta yang saya yakini tidak disumpal segala macam kepentingan sensasi lantaran tanpa berita perkawinan pun Kotak sudah populer. Cinta yang bisa timbul di mana saja tanpa lebih dulu ada pemberitahuan, bahkan barangkali tumbuh di kali belakang rumah ketika kita melihat kupu-kupu atau tawes mungil yang dibimbing induknya memamah makanan.
Cinta yang tak peduli pada caci maki dari mulut-mulut usil yang mengatakan kamu hanya menumpang tenar pada Kotak sesaat setelah kamu duet bersama Tantri menyanyikan Kaulah Hidup dan Matiku di Mega Konser RCTI, 2 Maret 2011 lalu.
Banyak yang mengujimu menjelang pernikahan dengan Tantri (yang digelar tahun ini, bukan?). Tetapi saya yakin kamu tak ingin mengisi daftar musisi yang kemudian bercerai ketika menikahi sesama musisi. Ada raut mukamu yang bisa meyakinkan saya bahwa kamu bukanlah pria cengeng meski usiamu kini baru 25. Ketika Tantri dengan karakternya yang meledak-ledak membuat prahara kecil mewakili Leo, ketenangan Gemini-mu akan mengubah neon di rumah menjadi pelangi.
Jangan hiraukan suara di jalanan bahwa performamu belum bisa menandingi Ady, vokalis Naff masa lalu. Jangan pula berkecil hati ketika orang mengatakan bahwa kamu 'sampah' Indonesia Idol 2008 yang lolos audisi saja tidak. Jangan kantongi ucapan orang lain bahwa dengan menikahi Tantri maka pamor Naff akan naik. Jangan menoleh ke belakang dan jangan pernah mendengar apa yang dibilang oleh orang lain ketika cinta Tantri adalah permata yang cuma perlu kamu gosok menjadi rezeki kalian yang berlimpah.
Arda, saya membaca cinta di mata Tantri. Dan cinta itu sepenuhnya tertuju padamu. Jaga baik-baik takdir ini, dan teruslah menjadi imam bagi Tantri serta anak-anak kalian kelak.
Salam, Arief Firhanusa