[caption id="" align="aligncenter" width="494" caption="Empat camat di wilayah Kota Manado kepergok sedang ber-BBM ketika Walikota Manado Dr GS Vicky Lumentut tengah berpidato di sebuah acara penting di Gedung DPRD Manado, Rabu 30 Januari 2015. (Sumber harian-komentar.com) "][/caption] MBAK Egi (nama sebenarnya) tiga kali minta PIN (
personal identification number) BlackBerry pada saya. Saya tidak kasih karena saya memang tidak (lagi) menggunakan fasilitas BlackBerry Messenger.
"SMS susah Mas masuk di BB saya," ujar wanita pekerj EO di Semarang yang nyambi bikin kaus ini. Dalam perjalanan waktu, SMS-SMS saya memang jarang dia balas. Saya mengalah dengan meneleponnya, tapi sering dia di tempat-tempat minim sinyal sehingga pembicaraan kami putus-putus. Terakhir malah dia berada di lereng Gunung Merapi untuk suatu kegiatan amal. Padahal kami ada ikatan kerja. Saya memesankan kostum tim sepakbola binaan saya yang tak lama lagi mengikuti sebuah turnamen, dan kostum itu amat penting. -- BEBERAPA hari lalu saya terlibat di penyambutan suporter Persija Jakarta sebelum pertandingan persahabatan melawan PSIS Semarang. Kehadiran Jakmania kami terima di pelataran Stadion Citarum. Dalam hiruk pikuk kedatangan suporter ini saya ketemu Titin, mantan teman kuliah. Dia mengaku bekerja di rumah sakit terdekat. Basa basi sejenak, dia meminta PIN BB saya. Saya sodorkan nomor ponsel, tapi tampak betul wajahnya tak antusias.
"PIN BB saja kalau ada," ucapnya ngotot. Nomor
handphone saya dia terima lewat
missed call, tetapi saya tidak yakin dia memasukkan nama saya di HP-nya. Benar saja, selang sejam kemudian ketika dia saya telepon untuk saya mintai bantuan lantaran ada suporter yang diare, telepon dia angkat tapi ucapannya membuat saya kecewa,
"Maaf, ini siapa ya ... "
KEMBALI KE ARTIKEL