Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Guruku yang Selalu Berbaik Sangka KepadaNya

4 Oktober 2012   07:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:16 288 0
Malam ini pertemuan pertama ku dgn beliau, guru skaligus teman berdiskusi setiap minggu. Tampilannya sederhana, orangnya juga biasa2 saja. Perawakannya tidak terlalu tinggi. Tidak gemuk juga tidak kurus.  Bliau sehari2nya bertugas sebagai seorang guru di Sekolah Dasar Negri di sebuah daerah di Jakarta. Beliau baru diangkat sebagai CPNS di umur 40 tahun-an, setelah sekian lama mengabdi sebagai seorang guru swasta. Ya, tidak ada yg istimewa dari fisik dan penampilannya malam pertemuan pertama kami itu

Setelah itu bliau mulai membuka awal pertemuan kami dengan berbagai materi, dan malam ini kami membahas tentang kepemimpinan. Pemaparan dan antusias wajahnya yg terus bersemangat membuat ku smakin tertarik mendengarkan setiap kalimat2 yg keluar dari pemikirannya..Lugas, tidak bertele-tele, mudah dipahami, dan disampaikan dengan bahasa yang sangat memikat hati. Terus terang, malam ini ku larut dalam nasihat2 yg bliau sampaikan..Yang disampaikan oleh seorang yg sangat sederhana, tapi keluasan kata2nya melebihi kesederhanaan dan kesahajaannya. Dan yang kutahu juga, ia juga bukan seorang ustadz lulusan sekolah agama yang fasih bersilat lidah tentang agama, yang ia perkenalkan ia adalah lulusan sebuah perguruan tinggi negeri di bidang kependidikan di Jakarta

Kemudian, yang membuat ku semakin termangu mendengar ceritanya adalah ketika kami saling mengenalkan diri satu dan lainnya. Bliau mempunyai 4 orang anak, dan pada kelahiran anaknya yg ke-4 (2008), istrinya terpaksa melakukan steril terhadap rahimnya. Hal ini yang mulai mengusik ku untuk semakin bertanya, kenapa bliau mengambil keputusan 'steril' kepada istrinya. Dan ini juga yang akhirnya membuat dia bercerita lebih jauh tentang keluarganya.

"Pertama saya menganggap kalau semua yang diberikan kepada saya adalah sebagai ujian, yang mau tidak mau harus saya hadapi dengan ikhlas", ungkap bapak itu memulai ceritanya di sebuah kawasan di sekitaran Senen malam itu.

Ia melanjutkan ceritanya," Ceritanya bermula ketika istri saya sedang mengandung anak yang ke-4. Ketika itu istri saya divonis mengalami penyakit gula. Dan dalam perkembangan kehamilannya, setelah didiagnosa ternyata anak yang berada dalam kandungan, mengalami potensi penyakit jantung sebagai imbas dari penyakit yang juga diderita oleh ibunya. Beberapa minggu sebelum kelahiran, dokter yang memeriksa mengatakan jika saya harus bersiap-siap untuk menyambut kelahiran anak saya tersebut. Bersiap-siap dalam artian semuanya, siap mental, fisik, dan termasuk menyiapkan dana untuk biaya pengobatannya. Dokter itu mengatakan, bahwa satu minggu setelah anak saya lahir, diperkirakan akan langsung dilakukan operasi pada jantungnya, karna jantung anak tersebut bermasalah, dan tidak bisa berfungsi dengan baik. Dan yang paling membuat saya terkejut adalah ketika  mendengarkan angka Rp 50.000.000,- yang harus saya siapkan untuk pengobatan awalnya tersebut"

Sejenak kulihat bliau sedikit menahan ceritanya, dan berusaha menahan kesedihan yang terpancar di wajahnya. Ia kemudian melanjutkan ceritanya, "Waktu itu terus terang, saya berdua dengan istri cukup tertegun dan merasakan betapa beratnya cobaan yang harus kami pikul beberapa waktu kedepan. Uang Rp 50juta jelas jumlah yang diluar fikiran kami sekeluarga. Coba bayangkan, saya sebagai guru swasta, dan istri bekerja sebagai guru di TKIT yang jumlah gaji kami berdua tidak mencukupi untuk kebutuhan sehari2 dengan 3 anak yang juga semakin besar. Tapi, yang saya yakini ketika itu, janji Allah dalam firman-Nya bahwa yakinlah setiap kesulitan akan ada kemudahan..Dan itu diulang2 oleh Allah. Ayat itu yang semakin menguatkan keyakinan kami akan pertolongannya. Kami masih yakin, sebagus2nya diagnosis kedokteran, tapi diatas semua masih ada Allah yang juga telah menyiapka skenarionya tersendiri...Waktu itu, jelas kami berharap terjadinya pertolongan Allah untuk menyelamatkan anak kami, sehingga tidak perlu operasi dan hidup normal seperti anak2 lainnya"

"Dan, Juni 2008, akhirnya anak ke-4 kami lahir dengan normal. Setelah melalui persalinan yang cukup melelahkan, istri dan anak kami tersebut harus dirawat secara intensif di sebuah Rumah Sakit Pemerintah di Jakarta. Dan ketika itu saya masih terus berdoa kepada Allah, agar diagnosis dokter tersebut tidak benar adanya. Dengan arti kata jantung anak saya tersebut normal, sehingga tidak memerlukan operasi yang membutuhkan biaya besar. Waktu terus berjalan, dan satu minggu tersebut menjadi hari-hari yang sangat berat bagi kami sekeluarga. Istri yang masih dirawat serta  anak yang masih belum tentu kondisi kesehatannya. Dan tepat di hari yang ketujuh, setelah dilakukan pemeriksaan oleh tim dokter, ternyata keputusannya tetap, yakni anak saya harus dioperasi dan dilakukan pembedahan jantung...Masya Allah, saya, istri, dan anak2 yang lain tidak bisa membayangkan bagaimana seorang bayi yang berumur 7 tahun harus dilakukan operasi. Tapi kami yakin, itu semua episode hidup yang harus kami lalui dan juga merupakan sebuah takdir yg diberikan oleh Allah SWT. Kami sekeluarga berdoa bersama untuk kesembuhan keluarga kami yang paling bungsu tersebut..Untuk waktu itu, kami hanya berfikir tentang kesembuhannya dan tidak memikirkan sejumlah uang yang harus kami siapkan. Yang penting, anak kami bisa diselamatkan", ungkapmu lebih lanjut.

(Bersambung)..Saatnya tidur:)

Semakin ia bercerita, semakin terlihat raut kesedihan di wajahnya...Sepertinya ada buliran hangat yg mulai menetes di wajahnya..Tapi dia masih tetep brusaha tersenyum dan kembali melanjutkan ceritanya.

"Alhamdulillah, anak kami selesai dioperasi dgn selamat. Tagihan Rp 50 jt pun harus kami cari secepatnya. Berbekal informasi yang saya dapatkan, ternyata diantara tim dokter yang melakukan bedah jantung tersebut,  namanya dr vebrin.....dr Vebrin kaget juga waktu saya tanyakan apa yg bisa bliau bantu untuk biaya tersebut...Tanpa aba-aba seblumnya, dikarenakan panik yang amat sangat, tiba2 pertanyaan tersebut kutodongkan kepada beliau. AKhirnya beliau menunjukkan jalan untuk mendapatkan keringanan dari biaya yang harus saya tangguna. Saya dianjurkan mengurus SKTM (Tidak Mampu) secepatnya.. Setelah selesai pengurusan hingga tingkat kecamat, berbekal surat SKTM tersebut saya menuju RS untuk mendapatkan sebuah kabar gembira...Persoalan belum selesai, karena ada prosedur lain yg harus saya hadapi, berhadapan dengan perwakilan dari Dinas Kesehatan yang ditempatkan di RS tersebut. Waktu itu saya hanya diberikan keringanan 25%, dgn asumsi sisanya (lebih kurang 37,5jt harus saya cari sendiri). Terus terang saya bilang bahwa untuk uang sebanyak itupun saya juga tidak sanggup. Dan saya coba berikhtiar untuk menjelaskan bahwa uang sebesar sebelumnya saya juga mengeluarkan uang dgn segala upaya, hutang, dll, untuk menyelesaikan tagihan perawatan istri saya yang juga tidak sedikit..Saya ngotot dan mengatakan,'saya tidak terima diberikan keringanan 25%'...Mungkin ini berlebihan, tapi saya juga tidak tahu harus mengadu kemana lagi..Akhinya pertolongan Allah memang tidak disangka2, setelah negosiasi yang alot dan juga dibantu oleh kawan2 yg lain, termasuk dokter yang bersangkutan, Alhamdulillah, Allah maha besar, kami diberikan keringangan sebesar 100% alias gratis', ungkapmu gembira

Alhamdulillah. Ternyata Allah tidak pernah membiarkan hambaNya dalam kesulitan,'ungkapku kepada bliau

"Tapi tunggu dulu akh, ini belum selesai...Kata tim dokter, setelah satu tahun operasi, slang yang ditanam di jantung anak saya harus diganti dan dilakukan operasi lagi, dan setiap bulan anak ini pun harus dilakukan pemeriksaan rutin ke RS. Aku bersama istri yang mendengarkan penjelasan tadi kembali terhenyak mendengarkan kabar tersebut. Tapi, biarlah ini semua berjalan terlebih dahulu. Waktu itu yang jelas, kami ingin pulang dulu, dan membesarkan anak ini. DI rumah pun kakak2nya sudah menunggu kehadiran jabang bayi yg sangat kami cintai...Sebelum pulang, kembali saya menanyakan kepada dokter, berapa kira2 dana yang kembali harus kami siapkan satu tahu kedepan..Awalnya dokter tersebut tidak mau menyebutkan angkanya, yang pastinya lebih dari biaya yang dikeluarkan sekarang..Berapa dok? aku terus bertanya..Beliau menjawab, ya kira2 RP 80 juta-an lah...Hah...Lama aku terdiam membayangkan dana sebesar itu"

"Trus, dalam satu tahun itu, anaknya sehat pak? ga ada gangguan yang berarti?", tanyaku penuh selidik

"Alhamdulillah, bliau tumbuh layaknya anak normal lain, walaupun memang badannya agak sedikit kurus. Tapi secara umum, anak yang lucu itu tumbuh normal, dan membuat kami sekeluarga terobati dgn kehadirannya..Kakak2nya pun sangat menyayanginya.Mungkin karena jarak anak ke-3 dgn ke-4, cukup jauh, shingga kami smua merindukan tangisan bayi di rumah mungil ini', jawabnya kepada ku di malam itu

"Setelah 1 tahun, kami kembali berkonsultasi tentang penyakit kelainan jantung bayi kami kepada tim dokter. Dan memang, operasi harus dilakukan, karna slang tersebut juga harus diganti, karna tidak sesuai lagi dgn organ2 di jantung yg juga smakin membesar...Alhamdulillah operasi kedua ini pun berhasil dgn selamat. Dan lagi2 kami harus dihadapkan kepada persoalan tagihan RS yang mencapai Rp 80juta-an...Seperti biasa kami kembali memberikan SKTM kepada pihak terkait...Dan Alhamdulillah pertolongan itu kembali datang, walau persentasenya tidak sebesar operasi pertama. Kami diberikan keringan sebesar Rp 40 juta. Dan ada Rp 40 juta lagi yang harus dicari..Dan ALhamdulillah berkat pertolongan Allah juga, dr ikhwah tadi kembali mencoba mencarikan solusi pemecahannya..Kami disuruh membuat proposal dan kronologi peristiwa yang kami hadapi. Bliau akhirnya memasukkkan proposal ke program salah satu televisi di Indosiar, Peduli Kasih..Alhamdulillah, proposal kami diberikan bantuan Rp 20 juta.. Tinggal Rp 20 juta lagi yang harus kuusahakan untuk menebus bayi kami tersebut. Dengan berbagai daya dan upaya tanpa lelah, aku terus berjalan kesana kemari untuk mendapatkan kekurangannya. Alhamdulillah dari sekolah aku dapatkan Rp 5 juta, dari kawan2 ikhwah dan akhwat serta lembaga zakat aku juga mendapatkan bantuan Rp 10 juta. Tinggal sekarang Rp 5 juta yang harus kucari....Alhamdulillah, pihak RS membolehkan aku membawa bayi kami pulang, tapi dengan membuat surat perjanjian untuk segera melunasi dalam tempo satu bulan dgn meninggalkan KTP yang saya miliki sebagai jaminan", lanjut ceritamu.

"Setelah satu bulan berlalu, pihak RS kembali menghubungi kami...Istri saya tersenyum kecut pada waktu itu ,'abi, jangan lupa kita masih punya hutang Rp 5 juta di RS'...Kami mencoba berfikir jalan apa lagi yang harus kami tempuh. Tabungan sudah tidak ada, hutang udah ada dimana2......Sekali lagi waktu itu saya berfikir, Insya Allah, Allah tidak akan memberikan kami cobaan melebihi apa yang kami bisa...Selama ini kami sekeluarga berusaha untuk syukur nikmat yang tlah diberikan kepada kami walau secara materi yang kami dapatkan sebagai seorang guru SD swasta dan guru TKIT tidaklah banyak..Dan ketika itu, saya minta tolong istri yang menghadap ke RS untuk melaporkan keadaan sebenarnya, dan meminta keringanan waktu pembayaran lagi. Namun ternyata Allah berkehendak lain, sepulangnya istriku dari RS, di pintu rumah, bliau terlihat tersenyum kepada ku. 'Ada apa mi? kenapa tersenyum?', tanyaku penuh selidik....Dan Alhamdulillah, kembali saya mendapatkan berita yang tak pernah kami duga sebelumnya, bahwa sisa kurang pengobatan anak kami ternyata telah ditanggung oleh dr vebrin bersama kawan2nya...Jadi ceritanya, setelah operasi ke-2 anakku berhasil dgn selamat, tim dokter melakukan syukuran, dan mereka mengumpulkan uang untuk membantu melunasi hutangku", ceritamu sembari sedikit tersenyum

"Masya Allah, smg orang-orang yang membantu kesulitan bapak ini diberikan pahala yg berlipat ganda. tim dokter, peduli kasih Indonesia, para ikhwan akhwat, Dinas Kesehatan, dan yang lainnya', gumanku dalam hati.

"Terus sekarang bagaiamana  kondisi bayinya pak,setelah 4 tahun berlalu?, tanyaku kepadanya

"Sekarang Alhamdulillah anak kesayangan kami itu bersekolah di PAUD, walau memang sekali lagi, badannya agak kurus, tapi Alhamdulillah ia normal, dan jarang mengeluh sakit. Dari kecil sampai sekarang, tiap bulan saya harus bolak balik ke RS untuk check rutin skaligus mengambil obat khusus yang diberikan kepadanya..Semacam penambah zat kapur di Jantung kalo ga salah", jelasmu kepadaku

"Dan di tahun ini juga, kembali saya harus konsultasi mendalam dgn tim dokter, karna menurut mereka, ada operasi ke-3 yang harus dijalani...Lebih kompleks, dan biayanyapu jauh melebihi operasi yang kedua..Ya sekitar Rp 100jt-an atau lebih..Tapi operasi ke-tiga ini masih dalam perdebatan ilmiah diantara tim dokter yang menangani. Sbagian bilang tidak perlu, tapi sbagian lain mengatakan masih dibutuhkan...Dan untuk melihat perlu atau tidaknya operasi, dari bulan kemarin, anak kami sengaja tidak diberi obat yang rutin ia makan dari bayi. Hal ini untuk melihat ada atau tidaknya pengaruh terhadap anak kami tersebut. Jika semua baik2 saja, Insya Allah, operasi itupun tidak perlu dilakukan. Tapi kalau tidak, operasi ketiga inipun harus dijalani", sebutmu dgn nda penuh khawatir.

"Namun, dari anak ke-4 ini khususnya, kami sekeluarga mendapatkan banyak ibroh (pelajaran) hidup yang bisa kami petik. Salah satunya adalah, ketika kita mendapatkan kesulitan, bahkan terasa sangat sulit, kami selalu yakin dan berbaik sangka kepada Allah, pasti di balik itu ada kemudahan..Dibalik kesulitan, pasti ada kemudahan...Itu janji Allah..Kondisi ini juga membuat kami menjadi smakin kuat, smakin merasa dekat denganNya, smakin sadar akan kebesaranNya..Kondisi ini juga yg menguatkan azzam (semangat) kami untuk menyatakan bahwa ukhuwah itu masih ada, dan jalan keimanan yang panjang itu terasa nikmat", ungkapmu mengakhiri pembicaran kami malam itu

Seusai bercerita panjang, bliau membonceng saya menaiki motornya yang sederhana ke jalan raya tempat angkot menuju kost-an ku melintas..Sungguh malam ini aku dipertemukan seorang 'guru kehidupan' di 'universitas kehidupan', yang kegiatannya terus menebar kebaikan di berbagai taklim dan halaqah2...Setiap malam mungkin, tak kenal lelah. walau yang kutahu beban keluarga dan beban pengobatan anaknya setiap bulan juga tidaklah sedikit. Apalagi operasi ke-3 tahun ini yg bisa saja membutuhkan dana lebih dari Rp 100 juta-an..Smoga Allah SWT, memberikan solusi yang terbaik kepada bliau, seorang guru biasa, yang mempunyai smangat luar biasa serta berprasangka baik terus kepada Engkau Ya Allah ya Rabbi

Matraman - Senen, 13 -14 Maret 2012

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun