Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Inang

12 Januari 2011   12:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:40 49 0
So, where were we? tanya sang dosen kepada muridnya.

Mahasiswa itu, yang tampak mematung di tempat duduknya, diam saja. Ia terus membolak-balik catatannya.

Tentang kesejahteraan, Pak.” jawabnya terlambat.

Ah, iya.” kata sang dosen sambil meletakkan handphone.

Kesejahteraan adalah sesuatu yang diusahakan, mungkin lebih tepatnya diperjuangkan. Orang yang hidup di negeri yang kaya sumber alamnya belum tentu bisa dianggap sejahtera. Alam memang menyediakan berbagai alat pemenuhan kebutuhan, namun itu semua ada batasnya, lagipula tidak semuanya instan. Bagaimanapun, alam tidak bisa dengan sendirinya menyuplai, misalnya, listrik yang bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah-tangga. Manusia perlu mengolah apa yang ada di alam untuk kemudian menghasilkan listrik yang ia butuhkan.

Hmmm..Begitu.” gumam si murid.

Ya, that is prosprerity. Itu yang namanya kesejahteraan.

Namun kesejahteraan bukan semata-mata tentang jaminan terhadap pemenuhan kebutuhan materiil. Anak ayam yang tinggal di lumbung padi belum tentu sejahtera. Sebab boleh jadi yang lebih ia butuhkan saat itu adalah kasih sayang induknya.

Artinya kesejahteraan juga berhubungan dengan hal-hal non-fisik? Jadi, kemerdekaan dari penjajahan juga bisa kita sebut sebagai kesejahteraan?

Persis!” jawab sang guru bersemangat.

Tapi kemerdekaan itu soal lain. Ia adalah kondisi yang memungkinkan manusia bisa mengupayakan kesejahteraan diri atau bangsanya.

Untuk bisa hidup sejahtera banyak masyarakat kita terobsesi untuk menjadi pegawai negeri.” ujar sang mahasiswa.

Itu ironi.” kata sang dosen.

Mereka berbondong-bondong ikut CPNS, bukan untuk memberikan apa yang dia punya bagi negaranya, tapi untuk mendapatkan sesuatu dari negaranya itu. Zaman sekarang kita tidak bisa hanya bergantung pada apa yang telah disediakan alam atau gaji yang dikucurkan oleh negara. Kita harus bisa bekerja, berkarya!

Tapi, bukankah mereka bekerja?

Bekerja katamu? Ah, aku lihat mereka hanya duduk-duduk di tempat kerja, sambil sesekali bercanda dengan teman satu ruangan. Malah sering aku lihat pada jam-jam kerja mereka rujakan di kantor, shoping, atau sekadar nongkrong di warung kopi. Kerja katamu?”

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun