Kami bercerita hal-hal ringan seputar pekerjaan dan kabar masing-masing. Sesekali bercanda dan yaah..seperti layaknya keluarga saja. Kornet dan telur ceplok itu terasa nikmat sekali. Oh ya, satu lagi kebiasaan Ibu Eve yang saya ingat, dia harus dandan dulu sebelum difoto. Katanya, biar selalu terlihat cantik. "Biar sudah tua tetap harus kelihatan segar dong," ujarnya. Saya sendiri kadang tak menyangka bisa kenal keluarga mantan orang nomor satu di Jakarta, seakrab itu. Ibu Eve layaknya seorang nenek selalu berpesan agar hidup itu jangan dibawa stres karena nanti cepat tua dan digerogoti penyakit. "Jalani saja hidup ini apa adanya, enggak usah neko-neko. Toh, pada saatnya kita kembali juga pada Tuhan," katanya. Januari 2014, saya kembali main ke rumahnya. Tak disangka, itulah pertemuan saya yang terakhir dengan Ibu Eve. Saat itu, beliau masih tampak cantik, sehat, dan bugar. Meski harus diakui, sudah mulai pikun. "Pengaruh umur kayaknya, Mbak," ujar Kamang. Saya kembali main, selain mau silahturahmi, juga ingin menengok progres rumah yang tengah direnovasi Pemprov DKI. Terlihat sudah jauh lebih bagus dibanding saat pertama kali saya lihat. Bahkan, rencananya mau dibuatkan sanggar seni berisi koleksi lukisan
Henk Ngantung. "Nanti kalau sudah jadi, kamu main-main lagi dong ke sini. Gratis kok," ujar Ibu Eve. Ya, saya memang berniat me-review rumah hasil renovasi tersebut. Namun, selalu saja terbentur banyak urusan pekerjaan. Terakhir, saya sempat mem-posting tulisan tentang
Henk Ngantung di Kompasiana, lalu mendapat respon luar biasa. Mas Kamang bahkan langsung menelepon saya. Ibu Eve pun sama. "Kamu ini tulis soal kisah cinta saya kaya anak muda saja deh. Jadi malu saya. He-he," kata Ibu Eve. "Terimakasih ya tulisannya bagus. Kamu kapan main lagi? Main-main dong ya," lanjutnya. Belum sempat saya datang lagi, Ibu Eve keburu dipanggil menghadap Tuhan. Saya ingat betul, ketika itu beliau pernah mengutarakan keinginan, "Jika suatu saat Tuhan memanggil, semoga saya bisa dimakamkan berdampingan dengan Pak
Henk,". Dan, keinginan itu terkabul. Besok (5/9), jasadnya dikebumikan satu liang dengan
Henk Ngantung di TPU Menteng Pulo, Jakarta. Kenangan saya tentang Ibu dan keluarga tetap saya simpan di kotak termanis dalam perjalanan saya sebagai seorang jurnalis. Ibu Eve, selamat jalan ya. Semoga Tuhan menempatkanmu di sisiNya yang paling baik. Terimakasih untuk semua cerita yang engkau bagi untuk saya. Terimakasih untuk kornet dan telur ceplok yang pernah kita nikmati bersama..
KEMBALI KE ARTIKEL