Tasikmalaya (27/07/2022)- Dewasa ini, kasus stunting di Indonesia tengah menjadi perhatian. Berdasarkan data Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI), saat ini prevalensi stunting di Indonesia masih berada pada 24,4 persen atau 5,33 juta balita.
Ikhtiar pemerintah terus dilakukan dan terbukti kasus stunting mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Pemerintah berupaya dengan melakukan pencegahan dengan menyasar berbagai sebab langsung dan tidak langsung serta berkoordinasi dengan lintas sektor di seluruh tingkatan.
Stunting didefinisikan sebagai kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak menjadi terlalu pendek untuk usianya.
Kekurangan gizi dapat terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah anak lahir, tetapi baru nampak setelah anak berusia 2 tahun, dimana keadaan gizi ibu dan anak merupakan factor penting dari pertumbuhan anak, karena itulah anak memerlukan makanan dan gizi yang tepat untuk mencapai potensi utuhnya.
Sejalan dengan hal itu, mahasiswa KKN Tematik UPI Kelompok 172 yang beranggotakan Firda Nafaatur Rahman, Handi Firlana, Happy Ristanti, Rian Anggara, Dahlia Sidabutar, Trimeilina Miftahuljannah, dan M. Naufal Raihan menggagas sebuah program kerja yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan dasar mengenai stunting dan gizi seimbang melalui kegiatan sosialisasi juga demonstrasi pembuatan camilan tinggi protein sebagai langkah preventif kepada ibu hamil dan ibu yang memiliki anak usia dini di RW 014 Cipanengah, Kelurahan Gunungtandala, Kota Tasikmalaya. Kegiatan tersebut mendapatkan izin dan pengarahan dari UPT Puskesmas Kawalu sebagai langkah awal dan selanjutnya dilakukan proses diskusi serta kerjasama dengan kader posyandu di RW 014 Kelurahan Gunungtandala.
Dihadiri oleh 25 ibu yang memiliki anak usia dini, kegiatan berlangsung kondusif dan menyenangkan. Kegiatan diawali dengan pengenalan stunting, penyebab dan dampak stunting serta pengenalan gizi seimbang yang dibutuhkan oleh anak. Ibu-ibu di RW 014 juga diberikan tips untuk mengatasi anak yang susah makan, yakni dengan langkah :
- Memberikan suasana makan yang nyaman dan menyenangkan
- Mengajak anak maka dengan penuh kasih sayang dan tanpa paksaan, serta memberikan pemahaman tentang arti makan kepada anak
- Membuat jadwal makan secara teratur agar anak dapat kenal dan tahu dengan waktu makan
- Mengajak anak makan bersama anggota keluarga dan duduk bersama
- Biarkan anak makan sendiri dengan alat makan yang sama dengan angota keluarga
- Berikan anak tampilan visual makanan yang menarik agar anak minat untuk makan.
Setelah dilakukan sosialisasi, dilanjutkan dengan demonstrasi pembuatan camilan tinggi protein yang merupakan inovasi dari nugget namun terbuat dari bahan sayuran. Nugget sayur ini bisa dijadikan camilan bagi anak, dengan visual yang menarik dan kandungan gizi yang baik untuk dikonsumsi, nugget sayur diharapkan bisa memenuhi setidaknya separuh kebutuhan gizi anak setiap harinya. Adapun komposisi nugget sayur tersebut adalah:
- Kentang
- Wortel
- Jagung manis
- Daun Bawang
- Terigu
- Garam
- Merica bubuk
- Susu bubuk
- Bawang Putih
- Air
- Telur
- Tepung Roti
Antusiasme ibu-ibu selama kegiatan sangat positif, hal ini tergambar dari respons serta keikutsertaan saat demonstrasi berlangsung. Harapannya setelah kegiatan ini terlaksana, para ibu di RW 014 Kelurahan Gunungtandala dapat menerapkan menu makan yang sesuai dengan kebutuhan gizi anak setiap harinya serta bisa menjadikan nugget sayur sebagai pilihan tepat camilan bergizi bagi anak.