Kala itu aku duduk di bangku kelas XII MAN, masa dimana penentuan melanjutkan ke perguruan tinggi. Aku sendiri masih bimbang memilih universitas mana yang akan aku pilih dan kota mana yang akan menjadi tempat menimba ilmuku selanjutnya. Sebenarnya mimpi tertundaku ingin merantau jauh, kalau bisa keluar negri. Hanya saja kalau langsung meminta izin untuk pergi ke luar negri sepertinya orang tuaku belum memberi izin, hingga akhirnya aku putuskan untuk memilih malang sebagai tempat destinasi belajarku. Awalnya orang tuaku belum mengizinkan hanya saja mereka memberiku opsi, kata bapak "jika aku mau kuliah di Malang, jurusan yang diambil harus berhubungan dengan Pendidikan Anak Usia Dini", berhubung dirumah sudah ada yayasan RA. Awalnya aku sempat kecewa, kenapa aku diberi penekanan seperti ini, padahal kakak-kakak ku sebelumnya, mereka bebas memilih apa yang mereka mau. Kakak ku yang pertama mengambil jurusan bahasa arab dan kakaku yang kedua mengambil jurusan matematika. Sempat aku merasa cemburu akan sikap orang tuaku, karena aku sendiripun berniat untuk masuk jurusan yang berbau bahasa inggris, entah itu pendidikan maupun sastra. Namun, setelah menimbang-nimbang akhirnya aku menyadari bahwa aku adalah satu-satunya harapan bagi mereka untuk regenerasi yang mengelola di bidangnya. Dan akupun sadar siapa lagi yang akan memperjuangkan amal jariyah orang tua jika bukan kita sebagai anaknya.
KEMBALI KE ARTIKEL