Saat ini anak saya tiga orang. Saya mulai membeli stroller 4 tahun lalu saat hamil anak pertama. Hingga sekarang total saya sudah pernah membeli 7 buah stroller. Diantaranya hanya 2 buah yang sudah tidak ada di rumah karena rusak. Sisanya jadi koleksi dan masih aktif dipakai hingga saat ini. Buat saya membeli dan memiliki banyak stroller bukanlah kegiatan yang bijaksana. Karena selain uang yang keluar banyak, beberapa diantaranya juga tidak dimanfaatkan secara maksimal. Jadi sebaiknya bagaimana?
Berdasarkan pengalaman atas 3 orang anak, bolehlah saya berbagi sedikit fakta.
Produsen stroller merancang aneka produknya berdasarkan pertimbangan antara lain usia bayi/anak, kemudahan dilipat, bobot/berat, lokasi pemakaian dominan (indoor/outdoor). Serta yang paling penting memastikan stroller tersebut aman bagi 'penumpang'nya dan pemakainya. Lainnya seperti warna, jumlah roda, bahan, fleksibilitas gagang (bisa diubah menghadap/membelakangi bayi), etc, hanyalah pelengkap untuk kenyamanan pengguna. Merek apapun stroller yang dibeli haruslah dilihat faktor keamanannya baru yang terakhir lucu-lucuan aksesoris maupun warnanya.
Oke, jadi mulai dari mana?
Pertama : budget. Berapa anggaran yang ikhlas disisihkan untuk membeli benda ini.
Kedua : mobilitasnya akan kemana saja. Misalnya kalau indoor sepertinya tidak perlu tubeless wheels. Bahan lain cukup. tapi harus ramping, karena akan sering naik lift/eskalator. Kalau outdoor, mungkin mau mempertimbangkan yang 3 roda agar lebih dinamis. Plus ditambah fitur tambahan pengkait sunshade/screen dan pegangan tambahan berupa tali yang dikaitkan ke tangan.
Ketiga : akan dipakai berapa lama. Apakah hanya selama bayi atau setelah sudah besar. Stroller untuk newborn biasanya dirancang bongkar pasang dengan car seat atau flat (disetel 180 derajat) dan gak terlalu roomy (luas) agar bayi gak meluncur. Atau sejak anak cukup bulan, biasanya hanya bisa direbahkan 150 derajat maksimal. Ada juga stroller yang multifungsi, travel system namanya. Bentuknya berupa rangka kokoh yang tempat duduknya bisa dibongkar pasang sesuai usia bayi. Harganya mahal. Tapi safety-nya paling baik. Kalau hanya utk jangka pendek, bisalah membeli yang murah-murah saja (yang kadang ternyata tahan lama!)
Keempat: siapa pemakainya. Â Biasanya sih ibu. tapi kalau di Jakarta banyak saya lihat pemakainya justru susternya. Seperti membeli mobil, kalau pakai sendiri atau pakai supir kadang agak berbeda. Kalau si bapak juga lain lagi. perhatikan tinggi yang memakai, apakah gagangnya bisa disetel, keras atau tidak untuk dilipat/dibongkar, etc. Kalau nenek/kakek, carilah yang bahan paling ringan dan memiliki berbagai tempat penyimpanan, sehingga mereka tidak perlu menenteng tas saat mendorong. Juga posisi bayi menghadap pemakai sehingga kakek dan nenek senang.
Kalau sudah dibuat daftar pendek dari kriteria di atas, mulailah berburu. Jangan lupa perhatikan KEAMANANNYA. apakah ada palang di depan tempat duduk yang tidak mudah copot, sistem rem yang handal dan mudah dikendalikan, fitur-fiturnya berbahan aman tanpa ada bagian-bagian tajam, mudah dicuci dan non-toxic pewarnaannya, dll.
Merek stroller spertinya bukan jaminan penuh sesuai dengan kebutuhan Anda. Seorang teman membeli stroller berharga belasan juta rupiah untuk tidak dipakai karena bagasi mobilnya kekecilan! Ada juga yang membeli merek terkenal tetapi ternyata anaknya tidak suka naik stroller.
Saya sendiri sekarang memakai Elle beli di ITC tidak sampai 1 juta. Walaupun punya Phil and Teds yang mahal (menurut saya loh) untuk tandem jika 2 anak perlu naik stroller. Tapi jangan salah, stroller pinjeman bermerek pliko yang hanya dibeli 200ribu, rupanya tahan banting di bawa ke gurun pasir di Abu Dhabi! mana ringan dan mudah dilipat pula. Stroller lain yang saya suka adalah yang tandem, 2 kursi bersisian. Anak-anak saya bisa ngobrol dan main bareng saat di stroller. Fun yah!