Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

Profesional Buah Tradisi Modern, Bag. 1 (Konsekuensi akan Sikap Oportunis)

3 Juli 2013   19:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:03 109 0
Modern kata yang men-just-ifikasi pada era kekinian, reaksi dari manifesto akan inovasi, tingkatan kreatifitas yang terus diperbaharui, dengan tuntutan dinamika yang selalu menuntut dimensi baru disetiap lini. Mulai dari tingkat berpikir hingga tuntutan akan realisasi. Melantas, dalam setiap perspektif ketika setiap insan mandiri dituntut tangguh menanggapi suasana yang terjadi.

Berkiblat pada implementasi "cerita" yang akan diadaptasikan kembali, sebuah narasi pendek berlatar atas beberapa hari kelemarin diperdengungkan ditelingaku oleh seorang figur "Guru Besar Filsafat" yang memaparkan perspektif profesionalism yang banyak orang gemborkan bahkan menjadi idola, boleh jadi sudah berkembang pada era tempo lalu (klasik) pada masa dinasti Cina.
Tahapan pertama, setiap peserta sayembara harus mengalahkan raja dalam babak berkuda, hanya beberapa (1-3) orang) yang sanggup kala itu, karena kaisar merupakan figur pemimpin yang sangat ahli dalam berkuda. Meskipun mereka yang lolos pada tahap ini, bukan berarti mengalahkan raja, namun sebanding dengan kualitas raja, maka kaisarpun berbaik hati meloloskannya.
Deras gemuruh sorai rakyat yang melihatpun menyabut keberhasilan sang raja, alhasil, tak ada yang mampu mengalahkan kaisar sekalipun hanya sebatas pembanding pada sesi panahan ini, maklum raja merupakan master memanah yang terbiasa dengan kondisi dan terasah semenjak kanak, selanjutnya setiap yang kalahpun wajib membayar konsekuensi yang ditetapkan.
KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun