Sudah menjadi hal lumrah bagi manusia, memiliki rasa cinta amat dalam terhadap pasangan nya. Terlebih lagi pada era modern ini, dikalangan muda-mudi milenial, cinta sudah menjadi makanan sehari-hari. Hingga keluar istilah-istilah Bucin, Ambyar, sebuah kata yang mengekspresikan kondisi hati mereka ketika mencintai pasangan nya. Adanya kata-kata itu, mencerminkan bahwa manusia tidak bisa jauh dari cinta dalam kehidupan.
Namun pernahkah terlintas dalam pikiran? Kata "Bucin, Ambyar" merupakan sesuatu ungkapan hati ketika senang atau sedih. Apa penyebab sebenarnya? Bukankah mencintai itu sifatnya netral? Adakah kesalahan dalam orientasi cinta, dikalangan kaum milenial? Saya beranggapan jelas terjadi kesalahan dalam menentukan sikap dalam mencintai.
Cinta merupakan sebuah seni. Tidak dapat secara langsung dipraktikkan, perlu dipelajari. Pada zaman modern banyak manusia mencintai, tetapi tidak menyadari bahwa perbuatannya dalam mencintai, malah merusak yang dicintainya. Ataupun sebaliknya, menghancurkan dirinya sendiri. Bukankah hal ini selaras dengan kata Bucin dan Ambyar. Lantas seperti apa, cinta yang dimaksud?
Cinta itu bukan hanya sekadar suka saja, akan tetapi memiliki makna dalam. Menengok rumus cinta oleh Erich Fromm. Yakni, cinta itu aktif, bukan pasif. Cinta itu "Standing In" berdiri tegak. Problem nya manusia modern, ketika ada rasa tertarik terhadap lawan jenisnya, dia mengalami jatuh cinta. Dalam jatuh cinta, umumnya manusia rela melakukan apa saja terhadap yang dicintainya, hingga terlahir pula kata Bucin. Juga seterusnya ketika jatuh cinta manusia tidak rela, jika pasangan mereka berubah dari apa yang telah dia canangkan dalam pikirannya. hal ini mengakibatkan ketidak lapangan hati dalam menerima kenyataan, hingga berakhir pada kata Ambyar.
Kesalahan dalam orientasi cinta itu, membuat cinta tidak netral lagi. Seolah-olah cinta harus dikorbankan dan di perjuangkan mati-matian. Tidak, menurut saya bukan seperti itu, dalam seni mencintai kita harus bersifat netral terhadap pasangan kita. Bukankah mencintai suatu hal yang dilakukan bersama? Tetapi apa yang terjadi dalam realita kehidupan? Sangat sedikit yang dapat "mendirikan cinta" bersama. rata-rata manusia modern, menganggap cinta harus ada timbal balik antaranya.
Bahkan yang lebih mengenaskan, seseorang berjuang sendiri dalam mendirikan cintanya. Cinta pada era modern saat ini layaknya perdagangan, memikirkan untung rugi lebih baik, dari pada eksistensi cinta itu sendiri. Padahal mereka saling membutuhkan satu sama lain, dalam mencintai.
Kesalahan menyikapi makna cinta, dapat menurunkan derajat manusia bagi saya. Cinta yang sejatinya bersifat luhur, berubah menjadi hal menakutkan, mengakibatkan trauma, bahkan psikis seseorang. Manusia dapat hancur, dan menjadi budak seseorang yang dicintainya hanya karena hal sepele menurut kita. Yaitu, salah sikap terhadap mencintai. Menjadikan bumerang bagi pencinta itu sendiri.
Dalam mencintai bagi saya, manusia harus mengetahui dahulu bagaimana cara mencintai yang baik dan benar. Agar tidak membangun senjata makan tuan bagi pemiliknya, maka perlu diketahui seperti apa cinta itu sebenarnya. Saya beranggapan, bahwa cinta murni akan tumbuh dan mengakar ketika manusia, tidak menganggap lagi bahwa cinta adalah hubungan dagang. Yakni timbal balik/untung rugi.
Jika masih berputar pada dimensi cinta dagang, hal itu bukan suatu cinta, akan tetapi Mencari pasangan dengan embel-embel cinta. Manipulatif yang nyaris sempurna, jika kita tidak memahami sikap mencintai. Bahkan seorang yang mengatakan cinta, terhadap lawan jenisnya, hampir tidak menyadari pula bahwa dia hanya mencari pasangan tetapi mengatasnamakan "cinta". hal ini yang mengakibatkan cinta bagaikan perdagangan, sebab tiada cinta murni di dalamnya. Yang ada hanya keinginan memiliki antar satu sama lain.
Bukankah cinta dan mencari pasangan suatu kalimat yang berbeda? Bagi saya cinta adalah hal yang "netral". jika manusia benar mencintai sudah pasti tiada kata Bucin dan Ambyar. Mengapa bisa begitu? Sebab jika seseorang telah cinta, dia tidak akan ingat akan objeknya. Yang dia ingat hanya dirinya. Contoh halnya kita dalam mencintai Tuhan, apakah kita menuntut bermacam-macam kepadanya? Pasti tidak, yang ada kita selalu merasa dicukupi, senang, tenang dll. pasti Outputnya positif jika cinta itu murni.
Namun sebaliknya jika Mencari pasangan dibalut atas nama cinta. Maka hasilnya tak akan nampak letak cinta itu. Sebab telah termanipulasi, dan Output dari hal ini adalah kegelisahan, tuntut-menuntut, egois, menindas dan lain-lain yang bersifat negatif. Sehingga keluarlah kata Bucin dan Ambyar. Kalau dalam agama sifat seperti ini hanya nafsu belaka.
Jadi, "cinta" dan "mencari pasangan" adalah dua keadaan yang amat berbeda, cuman masalahnya pada era manusia modern, mencari pasangan sudah di anggap mencintai. Maka tidak heran jika seseorang kebingungan terhadap pasangan nya, yang mengaku cinta tapi banyak melakukan hal yang bertentangan dengan cinta itu sendiri.