Cinta, kali ini saya menulis artikel ini mengenai cinta, yang bukan khusus dibahas selalu untuk edisi valentine. Kali ini memang khusus saya tulis seperti biasa, akibat dari pengalaman pribadi. Umumnya, memang kalau kita sudah membahas mengenai 5 huruf ini, tidak ada habis-habisnya. Mulai dari usia sekolahan, perkuliahan, sampai pada kita yang sudah bekerja, cinta menjadi topik yang indah untuk dibicarakan. Jika sudah ada saja diantara kita yang memulai "materi" cinta ini, kita tidak sadar sampai kemana pembahasannya dan tidak tahu kadang bagaimana menghentikan topik cinta ini. Cinta ini memang tidak bertanggung jawab saya pikir, terkadang datang tak diundang, pulang pun tak mau diantar. Layaknya cinta itu seperti datang dan pergi sesuka hatinya, dan bebas mempengaruhi perasaan seseorang. Seandainya saya bisa menuntut cinta itu ke pengadilan, sudah dipenjara itu cinta, dengan status cinta itu jahat. Tetapi kadang juga terpikir, kenapa harus menyalahkan cinta yang memang kita sendiri mengakui, cinta itu indah. Kenapa harus sakit jika cinta itu sudah pergi, atau bahkan cinta itu tak berbalas oleh seseorang. Jadi sepertinya harus diralat kembali, cinta itu tidak jahat, hanya saja kita yang memang harus siap menerima "sifat" cinta yang demikian adanya. Siap untuk mencintai, siap untuk dicintai, siap untuk mendapat cinta, atau bahkan siap untuk tidak mendapat cinta. Yah, itulah cinta, 5 huruf yang kadang membuat kita "lebay" di hadapan orang sekeliling. Padahal memang itu bukan dilakukan layaknya drama atau sinetron di televisi, lebay itu terjadi ya memang itu aktif dengan sendirinya, bukan akting, bukan dipaksa, tapi memang karena cinta tidak pandai berakting. Jadi jangan heran terkadang kita melihat teman kita yang sedang punya cerita cinta, memiliki kesan yang agak sedikit berbeda dari sebelumnya. Lebih aktif, ceria, sering tersenyum sendiri, atau bahkan tertawa, dan suka berimajinasi dengan cintanya. Apapun dilakukannya demi "melampiaskan" rasa cintanya. Karena pernah saya menonton salah satu film, yang berisikan pesan, bahwa rasa cinta atau sayang itu sendiri tidak harus kita ketahui dari mulut atau ucapan yang menyebutkan kata "cinta/sayang" itu, melainkan bisa melalui "imajinasi"-nya tadi, melalui seni contohnya. Selain itu juga tentunya perhatian tulus pada cintanya, tanpa harus mengumbar kata-kata cinta dan tanpa mengharapkan balasan cinta darinya. Artinya orang yang memiliki cinta itu tidak pernah langsung "mengatakan" cinta, melainkan lebih "menunjukkan" seperti apa cinta. Dan juga tidak pernah lupa untuk mendukung segala hal apapun yang dibutuhkan oleh cintanya. Seperti di awal saya sebutkan ada berbagai jenis kesiapan untuk cinta, yakni siap untuk mencintai, siap untuk dicintai, siap untuk mendapat cinta, atau bahkan siap untuk tidak mendapat cinta. Mungkin kalau kita lihat semua tentang kesiapan cinta itu kita mudah untuk katakan sanggup melakukannya. Namun, 1 mungkin yang sangat sulit untuk kita jalankan sendiri, yaitu yang terakhir dimana kita juga harus siap untuk tidak mendapat cinta. Sadis memang kalau kita dalami maksud kalimat itu, "tidak mendapat cinta", bayangkan apabila kita tidak mendapat cinta yang mutlak memberi kebahagiaan untuk kita itu. Sakit memang, sakitnya juga tidak hanya disini, tetapi sudah komplikasi kemana-mana. Pengertian dari tidak mendapat cinta ini pun, kalau kita cermati memiliki makna ganda. Dimana maknanya bisa dikatakan kita mencintai seseorang tetapi ditolak atau diabaikan, dan bisa juga diartikan sebagai seseorang yang tidak dicintai seorangpun di muka bumi ini (sadis). Ya, walaupun kalimat tadi bermakna ganda, setidaknya kita sendirilah yang mencernanya kembali. Intinya, kedua makna itu memang berat untuk kita rasakan sendiri, sakit rasanya ketika cinta yang sudah lumrah dirasakan orang, kita sendiri belum rasakan. Nah, itulah hidup, itulah kenyataan, dan itulah cinta. Ada yang enak, ada yang tidak enak dan ada yang lebih tidak enak lagi. Seperti tadi, saya ambil salah satunya ketika kita mencintai seseorang tetapi cinta kita dtolak atau diabaikan, atau sering mendapat balasan "kita teman aja yah!!". Masalah ini sudah termasuk golongan yang tidak enak sekali untuk kita alami dalam percintaan. Banyak kita rasakan seperti ini teman, apalagi untuk kita yang punya jakun ini. Untuk kita laki-laki memang banyak yang sudah merasakan hal demikian, walau memang ada juga yang belum pernah merasakannya, sebut saja "budi" yang belum pernah itu. Tetapi bagi yang sudah pernah, mungkin sudah tahu bagaimana sakitnya, bukan bagaimana enaknya ditolak atau diabaikan wanita tadi. Ditolak, diabaikan, atau dianggap teman saja memang menjadi hal yang ditakutkan laki-laki untuk mengutarakan cintanya, jadi tidak heran ketika banyak diantara mereka yang mencintai lawan jenisnya hanya "mendiamkan" rasa cintanya itu dan tidak diungkapkan sampai waktu yang tidak ditentukan. Itulah yang sering terjadi pada kaum Adam ini, sakit memang ditolak/diabaikan cinta itu, tetapi kalau sudah dijalani lebih sakit lagi yang memendam rasa cinta. Cinta itu sebenarnya sederhana, begitu juga dengan jodoh, itu sudah tersurat takdir percintaan kita kemana, hanya kita sendiri yang harus pintar dan jeli menemukan jalannya dimana dan kemana. Jadi, mendiamkan perasaan cinta itu itu memang salah, tetapi tidak selamanya salah. Kita juga harus pintar mengetahui, apa kita "layak" untuk dia yang kita cintai?. Setidaknya tindakan ini bisa menjadi pandangan kita untuk bertindak lebih rasional lagi. Memang cinta itu buta, tetapi tetap punya mata hati, yang mengarahkan kita ke logika berpikir kita, apakah kita layak dicintai oleh yang kita cintai. Dan memang kita akui, sakit untuk dijalani, tetapi lebih sakit lagi apabila kita paksakan dia untuk mencintai kita. Positif saja kita berpikir, bahwa setidaknya melalui segala tindakan kita yang dirasakannya selama ini, sudah menggambarkan sebagian dari seluruh perasaan itu, bahwa itu semua "karena kita sayang dia yang kita cintai, kita idolai, kita kagumi, dan yang selalu kita mata-matai setiap waktunya". Memang sakit cinta tak terbalas, memang sakit cinta tak bersambut, memang sakit cinta dianggap teman, dan memang lebih sakit lagi juga jika cinta harus dipaksakan. Jangan paksakan cinta, jangan harapkan balasan, jangan biarkan cinta itu pergi. Setidaknya berteman baiklah dengan yang kita cintai, agar dia tidak pergi jauh meninggalkan kita. Atau jadikan cinta itu sahabatmu bukan musuhmu ketika tak berbalas, agar cinta itu kekal selamanya, daripada kita memaksakan cinta tak berbalas dan pergi begitu saja. Walau kadang memang, sakit rasanya ketika dia meminta untuk "curhat" pada kita, apalagi masalah cintanya (pedas). Ya sudahlah, mungkin itu sudah menjadi resiko pengaggum rahasia. Dan setidaknya, ketika kita tidak mampu mengungkapkan cinta kita langsung padanya, ungkapkanlah dengan cara yang lain atau tempat lain. Seperti disini aku ungkapkan bahwa: sebenarnya "Aku sayang kamu" orang yang aku "mata-matai" dan aku perhatikan setiap harinya secara diam-diam.. :) The last I say to u.. "I choose to love u in silence, because in silence I find no rejection. And in silence no one owns u, but me.. I love u (in silence).."
KEMBALI KE ARTIKEL