Mohon tunggu...
KOMENTAR
Kebijakan

Butu Ijo Melanggar Kitab Kayangan Penguasa Air Jilit 20 Tahun 2006 Sebelum Masehi

23 Januari 2012   18:59 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:31 283 0



Dijaman dahulu lahirlah seorang pemuda yang yang berwatak baik dan bijak, dia diberi nama Hadran, disebuah negeri bernama sayur waluh. Dengan keuletannya akhirnya dia menjadi seorang kesatria setelah berguru dengan para penguasa kayangan dengan gelar dodol 3, dan dia juga ditugaskan untuk mengatur sebuah danau yang ada di sayur waluh.

Berbekal pengalaman itu terbesik didalam hati kesatria Hadran untuk mengembangkan sayapnya dinegeri seberang yang bernama sayur Asam.

Nasipnya mungkin lagi mujur, ternyata selama ini dia sudah mempersiapkan diri, dan dia kembali berguru di kayangan dan akhirnya mampu menyelesaikan kitab yang diajarkan sehingga akhirnya kini dia naik status menjadi bertambah gelar Sundul 2.

Bertepatan dengan kekosongan penguasa danau yang ada di negeri sayur asam, tersiar kabar negeri sayur asam mengadakan sayembara untuk jabatan penguasa danau air minum. Hal ini ternyata sampai juga ketelinga seorang pemuda bernama hadran, ia  pun terbesik ingin menjadi penguasa danau negeri seberang sayur asam, walaupun dia menyadari bahwa kitab yang dipelajarinya ternyata belum dikuasai sepenuhnya, ternyata gelar sundul 2 yang dimilikinya tidak mampu memahami secara penuh kitab kayangan penguasa air.

Namun diapun memaksakan diri, dan jika dia tetap maju sebagai penguasa danau dibumi dinegeri sayur asam, maka yang harus menjadi pedomannya adalah kitab kayangan penguasa air jilit 20 yang dikeluarkan tahun 2006 sebelum masehi, jika dia melanggar maka konsekwensinya dia akan berubah wujud menjati butu ijo, dengan kepala bertanduk seperti kerbau, dan dikutuk menjadi golongan genderwo.

Dengan modal kepercayaan diri, walaupun dia menyadari minim akan pengetahuan kitab kayangan tersebut, dia memaksakan diri, dan dengan bermodalkan janji dihadapan para penasehat negeri sayur asam diapun mendapat dukungan kuat, dan akhirnya terpilih dan dilantiklah menjadi nahoda sekaligus penguasa danau air minum di negeri sayur asam.

Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, janji tinggal janji, tapi ternyata hadran yang dulu peminim dan seksi berubah menjadi hadran yang agresif, utamanya mengenai hal ekonomis yang bisa didapat dari danau yang dikuasainya. Dia mulai melupakan amanat yang ada didalam kitab kayangan penguasa air jilit 20, yang jelas-jelas bahwa supaya danau tersebut dapat digunakan untuk rakyat kecil di negeri sayur asam.

Perlahan tapi pasti akibat perubahan drastis dari sikap hadran membawa konsekwensi dirinya, yaitu, mula mula kulit ditumbuhi bulu seperti kera, kemudian tangan mulai memanjang seperti jerapah, gigi mulai bertaring seperti singa, dan kepala mulai tumbuh dua cangkang berbentuk tanduk kerbau. Hadran yang dulu baik berubah menjadi tidak bermoral, aturan kayangan sudah banyak dilanggar, dan akhirnya wujudnya sempurna menjadi butu ijo.

Begitulah nasib Hadran yang serakah dan tidak menuruti aturan kayangan karena ambisi yang berlebihan, begitulah nasib orang yang melupakan tanggung jawabnya terhadap ajaran kayangan penguasa air, dan begitu pula jika kita merasa belum siap, tetapi memaksa diri, ibaratnya buah mangga mun masih anum dipestik maka kemungkinan besar asam rasanya.

Kini nasib hadran totalitas menjadi butu ijo saikungan, dan hanya satu yang bisa menjadikan hadran kembali seperti dulu, yaitu ikuti aturan kayangan penguasa air, kembali pada misi yang luhur, karena mumpung masih ada kesempatan, jangan sampai mengecewakan rakyat jelata.

Selamat malam semua, cerita ini hanya lelucon tentang air, dan mungkin bisa membuat kita sadar untuk tidak menjadi butu ijo......

Note:

Air adalah hal yang teramat penting, dan suplai air harus terjamin untuk masyarakat yang mampu maupun tidak mampu, didesa maupun dikota dengan harga terjangkau (Aturan Kitab Kayangan Penguasa Air Jilit 20 Tahun 2006 sebelum masehi tentang Kebijakan Pengelolaan Danau Air Minum)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun