Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat Pilihan

Urgensi Logika terhadap Cinta

10 November 2020   11:10 Diperbarui: 10 November 2020   11:29 479 2
Cinta adalah perasaan kasih sayang, antusiasme atau pengabdian kepada orang yang dicintainya. Terkadang cinta memang gila dan tidak lagi menggunakan adanya logika.

Pada sebuah lagu "Tak ada logika" Yang dinyanyikan oleh penyanyi terkenal Agnes Monica. Terdapat kata-kata, "Cinta ini kadang-kadang tak ada logika. "

Dari kutipan lagu tersebut menyatakan bahwasanya cinta yang merupakan salah satu dari perasaan, tidak bisa dipahami secara logika dalam berbagai keadaan. Sama seperti perasaan dan emosi lainnya.

Seorang filsuf terkenal bernama Bertrand Russel berkata: "Banyak orang akan cepat mati daripada berpikir. " Dari perkataan Bertrand ada benarnya; dikarenakan banyak dari manusia masih malas menggunakan akalnya sehingga mereka terjatuh kepada masalah.

Padahal jika demikian manusia menggunakan logika nya, mungkin masalah-masalah tersebut dapat mudah teratasi. Terutama dalam hal percintaan.

Alangkah lucunya, karena percintaan dikaitkan dengan sebuah perasaan, dari itu banyak orang yang mengesampingkan logika dan mengikuti perasaannya dengan cara yang berlebihan.

Sebenarnya logika dapat membantu kalian dalam memilih atau menyeleksi pemikiran yang positif dan negatif. Semua hal yang dilakukan manusia bergantung pada pemikirannya sendiri. Maka dari itu arahkan pemikiran Anda ke arah yang positif sebelum bertindak.

Logika bekerja dengan cara mengumpulkan berbagai pernyataan dan menghubungkannya untuk mencari nilai dari pernyataannya tersebut. Pernyataan yang diproses oleh kinerja logika bukan hal yang sembarangan, tetapi berupa sebuah proposisi.

Proposisi merupakan kalimat yang berisi pernyataan yang benar atau salah dan bukan keduanya. Bila sebuah pernyataan mengandung nilai-nilai yang samar, maka pernyataan tersebut tidak dapat dilogikakan.

Kita semua mungkin pernah merasakan emosi dan tidak menemukan jawaban yang kurang pasti, lalu kita berpikir mengapa hal tersebut bisa terjadi?

Semua itu dikarenakan hasil dari pemrosesan stimulus luar terhadap diri Anda. Sebab kepribadian setiap orang berbeda-beda, oleh karena itu setiap orang memiliki pandangan yang cenderung berbeda walaupun melihat suatu kejadian yang sama.

Lalu apa hubungannya semua ini dengan logika? Hubungan semua itu terdapat pada ide-idenya. Ide tersebut berupa pernyataan sederhana, lalu diserap dan menjadi sebuah dasar kepribadiannya.

Mari kita kembali kepada logika, untuk berlogika mesti dibutuhkan kumpulan pernyataan-pernyataan yang dihubungkan antara pernyataan lainnya. Sehingga dapat mencapai hasil berupa nilai.

Dan untuk menghubungkan logika kepada perasaan, kita perlu ide-ide tentang kepribadian.

Bagaimana menerjemahkan sebuah perasaan kepada logika?

Bisa dikatakan mustahil kita dapat mencari ide-ide landasan kepribadian, akibat terlalu banyaknya faktor-faktor yang memengaruhi kepribadian dan juga tidak seluruhnya akan ditelan secara mentah-mentah untuk dijadikan sebuah kepribadian.

Oleh karena itu, kita ambil saja daun dari pohon kepribadian yaitu prefensi. Prefensi tersebut bisa kita rubah ke dalam bentuk pernyataan dan baru bisa dimasukkan ke dalam bentuk logika.

Apabila segampang itu untuk menerjemahkan sebuah perasaan ke dalam logika, mengapa banyak sekali orang yang gagal menerjemahkan atau mau mencobanya?

Masalah paling utama disini yaitu terlalu banyaknya pernyataan yang terdapat pada kepribadian individu dan tidak semua itu dapat saling menambahkan, sebab ada pernyataan yang bertentangan.

Selain dari itu, ada tingkat suatu prioritas pada pernyataan individu dan hal tersebut sangat bergantung kepada individunya sendiri. Dan masih banyak orang yang tidak menyadari tingkat prioritas ini.

Sebagai contohnya, ialah apabila membandingkan yang lebih utama perintah orang tua dan perintah pasangan, ada orang yang lebih mengutamakan perintah orangtuanya dan ada juga yang lebih mementingkan perintah pasangannya.

Karena faktor di atas, tidak ada cara lain untuk menerjemahkan perasaan secara general teruntuk dibagian yang kiranya tidak terlalu penting  seperti perlakuan terhadap orang tak dikenal dan hal kecil lainnya.

Berbicara tentang cinta, kebanyakan orang menganggap cinta adalah sepenuhnya dari perasaan terhadap seseorang yang disukai. Padahal cinta tak akan bisa berdiri sendiri dalam kehidupan.

Akan tetapi, dalam hal kehidupan nyata cinta sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti ekonomi, sosial, agama, umur, pandangan hidup, dan lain sebagainya.

Hakikat sebuah cinta menurut Rabi'ah Al-Adawiyah, "Cinta adalah ungkapan kerinduan dan gambaran perasaan yang terdalam. Siapa yang merasakannya, niscaya akan mengenalinya. Namun, siapa yang mencoba untuk menyifatinya, pasti akan gagal. "

Pada era millenial, cinta terhadap sesuatu atau seseorang selain harus mengungkapkan perasaan, juga harus didukung oleh logika atau akal yang sehat.

Apabila kita merasa cinta kepada seseorang dari lawan jenis. Hal itu sebenarnya diperbolehkan saja apabila kita menyukai seseorang, karena semua itu bagian dari anugerah. Tetapi cinta hendaknya dibarengi oleh logika atau akal sehat, agar tidak melampaui batas.

Disini cinta memiliki batasan-batasan yang dapat dikekang, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam dunia nyata. Jadi, cinta selain dibutuhkannya modal perasaan juga perlu ditambahkan logika agar dapat berkembang dan bertahan.

Semua itu dikarenakan cinta tidak hanya memerlukan bibit, akan tetapi memerlukan pupuk sebagai makanan yang membuatnya berkembang dan tumbuh subur.

Pada sepengetahuan kita, pria lebih diidentikkan dengan logika dan wanita lebih diidentikkan dengan perasaan.

Mengapa demikian? Sebab pria lebih condong kepada logika nya, dan dalam memecahkan masalah ataupun mengambil keputusan berdasarkan logika. Selain itu, logika dilihat lebih simpel dan rasional.

Hal itu justru berbanding terbalik dengan perempuan, yang mana lebih mengutamakan atau mengedepankan perasaan ketimbang logika. Untuk hal ini tergantung kepada wanita tersebut dari segi pemahaman dan tempat dia berada.

Identitas wanita yang mana memecahkan masalah dengan perasaan bisa berubah, apabila orang tersebut dibesarkan pada sekitaran keluarga yang lebih dominan pria yang lebih menggunakan logika mereka.

Sebaliknya, apabila dibesarkan atau tumbuh dilingkungan dominan wanita yang lebih menggunakan perasaan. Dan hal ini juga dapat berubah-ubah seiring berjalannya pergaulan dengan dunia luar antara makhluk sosial dari luar Keluarganya.

Kenapa kasus seperti ini dapat terjadi pada seseorang? Semua itu disebabkan oleh budaya dan kebiasaan yang dapat memengaruhi pola pikir seseorang.

Ditentukan secara ilmiah bahwa penggunaan logika dan perasaan ditentukan oleh proporsi penggunaan otak pada manusia itu sendiri. Otak memiliki dua area yaitu grey matter dan white matter. Grey matter adalah pusat informasi, sedangkan white matter adalah pusat dari pemrosesan informasi.

Pria lebih sering menggunakan grey matter untuk berpikir, sedangkan wanita lebih condong menggunakan white matter untuk berpikir.

Dari penjelasan di atas merupakan sebuah hasil pengamatan dan dari referensi yang pernah saya baca seperti buku, artikel, jurnal, dan lain sebagainya.

Karena yang terpenting di sini bukannya metode-metode apa yang bagus untuk digunakan, apakah logika atau perasaan, melainkan antara keduanya saling melengkapi satu sama lain.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun