Awalnya sepuluh, lalu dua puluh, lalu tiga puluh, lalu tak terhitung lagi. Bukan hanya tetangga kiri dan kanan saja, masyarakat desa-desa di sekitar desa Pak Rudi juga turut serta membuktikan berita burung tersebut. Setiap hari pelanggan Pak Rudi selalu bertambah. Wajar, mengingat para pelanggan yang merasa puas, selalu bercerita kepada teman-temannya perihal citarasa masakan Pak Rudi. Tua muda, kaya miskin, silih berganti mengisi meja kosong di dalam kedai.
Bila jam makan siang tiba, Pak Rudi selalu kewalahan. Kedai kecil Pak Rudi tak mampu menampung seluruh pengunjung yang datang. Tidak jarang pengunjung yang datang untuk sarapan, baru bisa menikmati masakannya setelah makan siang. Tidak sedikit juga pengunjung yang harus memesan meja jauh-jauh hari untuk sekadar menikmati suapan salah satu menu masakan yang ditawarkan Pak Rudi.
Hanya ada 4 menu utama di yang ditawarkan kedai Pak Rudi. Yang pertama adalah rusuk domba yang dipenuhi daging yang masih muda dengan racikan saus istimewa; Kari sapi yang kental dan gurih; Sate kambing muda dengan olahan kecap dan cabai rawit; Serta tongseng ayam yang rasanya sangat segar.
Setiap hari, para pegawai Pak Rudi yang berjumlah 5 orang datang sebelum kedai dibuka. Mereka dengan lihai menyiapkan semua bahan dan bumbu agar mudah diolah. Mulai dari mengiris bawang merah, mencacah bawang putih, menghaluskan campuran cabai, tomat, dan lain-lain, hingga mengaduk kaldu hingga matang.