Menjelang Pilpres, saya jijik melihat jejaring sosial. Begitu menjijikkannya, sampai-sampai
timeline ABG yang baru didera patah hati saja terasa seperti novel sastra kelas dunia. Begitu menyedihkannya, sampai-sampai penggemar kedua kubu calon presiden seperti anak remaja yang tak mau ramalan cinta bintang zodiaknya menjadi bahan kelakar. Begitu memprihatinkannya, sampai-sampai gaya rambut ala boyband kekinian pun terasa lebih maskulin daripada ucapan tim sukses yang berkelit dari tuduhan.
KEMBALI KE ARTIKEL