Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

17 Ramadhan 1364 H Bertepatan Dengan 17 Agustus 1945?

26 Juli 2013   09:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:01 951 2
Hari 17 Boelan 8 Tahoen Semalam (Kamis, 25 Juli 2013), di silang Monas digelar acara memperingati Haul Ahlul Badr & malam Nuzulul Quran oleh sebuah komunitas. Malam Nuzulul Qur'an oleh sebagian masyarakat di kalangan umat Islam diperingati setiap malam 17 Ramadhan. Sebagian masyarakat di kalangan umat Islam pun meyakini pula, keberkahan malam Nuzulul Quran banyak dicatat dalam sejarah. Salah satu isu yang paling sering terdenger akhir-akhir ini,  kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 yang diklaim terjadi pada tanggal 17 Ramadhan. Benarkah demikian? Beberapa tahun silam, bermula dari pernyataan salah seorang penceramah Ramadhan yang sengaja diundang di mushala kantor bernama Habib Mahdi Al-Athas. Dia menyatakan bahwa 17 Agustus 1945 bertepatan dengan tanggal 17 Ramadhan 1364 H. Merasa terusik dengan keterangan meyakinkan Sang Habib, aku tertarik untuk meneliti lebih lanjut ke-shahih-an pernyataan beliau. Betulkah tanggal 17 Agustus 1945 yang merupakan tanggal Proklamasi Indonesia bertepatan dengan tanggal 17 Ramadhan 1364 H ? Langkah awal membuktikan keterangan sang Habib tersebut, yang pertama kali kulakukan adalah dengan melakukan konversi tanggal kalender Masehi 17 Agustus 1945 ke dalam kalender Hijriyah. Setelah melakukan konversi melalui web http://adrian.web.id/convert/, ditemukan hasil konversi bahwa tanggal 17 Agustus 1945 sama atau bertepatan dengan tanggal 10 Ramadhan 1364. Hasil tersebut ketika kulakukan konversi balik juga menghasilkan hasil kalender tanggalan yang sama. Dari sini, nampak sebuah keterangan bahwa pernyataan tanggal 17 Agustus 1945 bertepatan dengan tanggal 17 Ramadhan kurasa tidak tepat dan terlalu mengada-ada. Metode berikutnya adalah dengan mengecek pemberitaan mengenai pelaksanaan Sholat Idul Fitri (lebaran) pada tahun 1945. Jika memang tanggal 17 Agustus 1945 bertepatan dengan tanggal 17 Ramadhan 1364 H, maka logikanya hari lebaran (Idul Fitri) pada tahun 1945 jatuh antara tanggal 30 Agustus atau 31 Agustus 1945. Kemungkinan lebaran terjadi pada tanggal 30 Agustus 1945 jika puasa Ramadhan pada tahun itu hanya berlangsung dalam 29 hari. Sedangkan kemungkinan hari Idul Fitri terjadi pada tanggal 31 Agustus 1945 jika jumlah hari puasanya sebanyak 30 hari karena di-istikmal-kan karena tidak berhasilnya rukyatul hilal. Berdasarkan sumber koran-koran pada tahun 1945, yang kuperoleh darisini (klik di sini), tersebutlah bahwa lebaran hari Idul Fitri pada tahun itu jatuh antara tanggal 7 September 1945 dan 8 September 1945. Ada dua hari raya Idul Fitri karena adanya perbedaan metode pengambilan pemutusan hari lebaran sebagaimana yang kita ketahui saat ini. Muhammadiyah saat itu berlebaran pada tanggal 7 September 1945 dengan menggunakan metode hisab haqiqi, sedangkan umat Islam secara umumnya lainnya berlebaran pada tanggal 8 September 1945. Artinya, yang berlebaran tanggal 7 September hanya berpuasa sebanyak 29 hari sedangkan yang berlebaran tanggal 8 September berpuasa 30 hari.* Dan kesimpulannya, lebaran jatuh bukan pada tanggal 30 atau 31 Agustus 1945.

Berikut selengkapnya potongan koran harian Asia Raja tertanggal 07 September 1945 di halaman pertama, “Pimpinan Komite Nasional Daerah Djakarta Raja mengandjoerkan kepada segenap anggota Poesat, tjabang dan Ranting dari K.N.I jang ber-Agama Islam, supaja besok hari Sabtoe tanggal 8 Septemberberdoejoen-doejoen membandjiri lapangan Ikada Gambir oentoeksembahjang Idoel Fitri. Adjaklah keloearga dan kawan kawan oentoek bersama sama sembahjang ‘Ied. Sembahjang dimoelai djam 8.30 pagi”. (sumber: Lebaran tahun 1945) Sumber keterangan lainnya, dapat terbaca dari harian Tjahaja, 4 September 1945 yang mengumumkan bahwa, “Idoel Fitri dalam Bandoeng Kota pada tahoen ini lebih bersemaraknja dari pada tahoen yang soedah soedah. Sebagai mana soedah dioemoemkan, Hari Lebaran itoe akan djatuh pada tanggal 8 jad (jang akan datang_pen) ketjuali djika pada malam Djoematnja ada roe’djat maka Hari Raja itoe akan djatoeh pada hari Djoemat tanggal 7. Sembahjang akan dilangsoengkan poekoel 9.30 dialoen aloen Bandoeng. Oentoek kaoem Iboe di halaman Kaboepaten. Jang akan mendjadi chatib ialah K. Abdoerachman dan wakilnya K.H.A. Salam.” (sumber: Lebaran tahun 1945) Sumber lain juga terbaca di koran Soeara Asia 7 September 1945bahwa, “Syuumukatyoo Surabaya hari ini menerima kawat dari Djakarta jang menyatakan bahwa hari raja Fitrah (Lebaran) dengan istikmal djatoeh pada hari S a b t o e tg. 8/9-2605(tahun 2605 adalah keterangan tahun Jepang sebagaimana yang tersebut di dalam naskah Proklamasi yang asli, di situ disebutkan tahun ‘o5, bukan tahun ’45_pen).” (sumber: Lebaran tahun 1945)
KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun