saya Di Black list oleh KBRI? Gara gara melaporken praktek KORUPSI DI KBRI MEXICO CITY?
Nama saya Fitra Ismu Kusumo, hampir 2 tahun terakhir ini saya mempertanyakan tindakan dan penjelasan KEMENLU RI terkait dugaan praktik korupsi yang terjadi di KBRI di Mexico City, kasus penelantaran TKI Supiani Ismail, dan penerbitan Nota Diplomatik yang merugikan saya yang telah adukan berkali-kali ke KEMENLU RI. Namun dijawab oleh KBRI dengan surat no: 437/MEX/PROTKONS/VII/2012 yang berisi ancaman penjara dan pidana kepada saya karena memiliki kopi Nota diplomatik tersebut(surat terlampir)
salah satu permasalahan bermula dari keterkejutan saya membaca headline berita di tanah air sekitar bulan April 2012 tentang bocornya anggaran negara, karena maraknya korupsi perjalanan dinas di kalangan PNS. Berita itu, terus terang menggerakkan saya, karena mengingatkan apa yang saya alami ketika saya menolak menerima uang yang bukan hak saya, terkait dengan berita acara “bonus” hari perjalanan dinas yang fiktif dan harus saya terima.
Tidak hanya itu, kecurigaan itu menjadi dugaan kuat ketika saya ketahui bahwa praktik pembuatan nota fiktif ternyata biasa dilakukan oleh KBRI kita tercinta di Mexico City. Pembuatan nota fiktif dan penggelembungan nominal nota ini juga saya laporkan ke Kementerian Luar Negeri RI pada 10 Mei 2012, beserta kopian-kopian bukti dan kopian pelaporan nota-nota fiktif yang seakan-akan asli dalam laporan keuangan KBRI ke Jakarta dan kemudian pada 13 Juni 2012 saya membuat tulisan di Forum sosial media Tanah Air. Tulisan itu mendapat reaksi yang beragam. Namun demikian, reaksi yang saya tidak duga adalah dari pihak KBRI yang saya ketahui pada pertengahan bulan Juli 2012.
Saya di black list?
Reaksi KBRI tersebut berupa surat Nota diplomatik KBRI nomor 410/MEX/PROTKONS/VI/2012 tertanggal 25 Juni 2012, yang ditujukan kepada Kedutaan Amerika Serikat di Mexico yang menerangkan status kepegawaian saya di KBRI. Hal yang sangat mencengangkan saya dari surat Nota Diplomatik itu adalah terdapatnya satu paragraf yang tendensius merugikan saya sebagai pribadi, yaitu agar Kedutaan Amerika waspada dan berhati-hati terhadap diri saya (seakan-akan menginginkan agar nama saya dimasukkan ke dalam daftar hitam mereka). Saya pun menanyakan kejanggalan Nota Diplomatik tersebut, tentang mengapa ditujukan ke Kedubes Amerika Serikat, mengapa terdapat paragraph yang tendensius tersebut, dan mengapa hanya disebutkan 2 pegawai yang keluar dari KBRI padahal ada 10 pegawai yang tidak bekerja lagi di KBRI setelah saya tidak bekerja kembali di KBRI.
Salah satu penyebab: pembongkaran kasus Penelantaran TKI
Pada 13 Oktober 2011, saya mendapat keluhan dari rekan staf bagian konsular bahwa TKI Supiani Ismail asal Jember yang bekerja di wisma duta besar Malaysia di Meksiko mendapat perlakuan tidak manusiawi dari Ibu Duta Besar Malaysia. Ibu Supiani sudah memohon pertolongan ke KBRI sejak bulan April 2011, namun tidak ada tindakan sama sekali dari diplomat KBRI kita, bahkan pada 24 agustus 2011, TKI tersebut sempat menulis dan mengirim surat kepada KBRI memohon kembali pertolongan, namun tidak digubris oleh Dubes/KBRI kita. Singkat kata saya pribadi melakukan tindakan penyelamatan antara tanggal 13-18 Oktober 2011, yang menegangkan namun alhamdulilah akhirnya TKI Supiani Ismail berhasil di bebaskan.
Saya sempat membikin wawancara dengan Handphone. Footage video rekaman wawancara tersebut diminta kopinya oleh Kabid Pol KBRI Ibu Sahadatun Donatirin, kemudian Ibu Annisa Tyas Purwanti Sekretaris III KBRI meminta saya menghapus semua file video wawancara tersebut. Senin pagi 17 Oktober 2011 jam 09:20, saya melapor ke Bapak Dubes masalah penderitaan Ibu Supiani, Pak Dubes Hamdani malah berbohong dengan mengatakan tidak tahu menahu dan belum pernah mendengar kasus ini. Namun demikian ketika saya keluar ruangan Dubes, ada diplomat yang bilang bahwa Dubes kemarin mendapat SMS dari dubes Malaysia tentang kasus ini, dan diplomat lain bilang bahwa Dubes sudah tahu kasus ini sejak bulan April 2011. Rekan konsuler pun sempat menunjukkan draft laporan kasus Supiani yang dilaporkan Kabid konsuler kepada Dubes tertanggal 25 Agustus 2011, yang dicoret-coret Dubes.
Pada 29 Februari 2012 pada rapat kepegawaian KBRI, saya dikeroyok dan dikata katai oleh diplomat-diplomat KBRI yang antara lain mengungkapkan kalimat: “We wanna let you go”. Singkat cerita, saya dipecat. Dan katanya, apabila saya mau, saya bisa banding menghadap ke pak Dubes agar tetap dipekerjakan di KBRI. Pada sore harinya, saya tahu dari salah satu diplomat bahwa pemecatan saya berkaitan erat dengan pelaporan saya dan kegiatan saya menyelamatkan TKI Ibu Supiani Ismail, diplomat tersebut menyebutkan bahwa berkat tindakan saya tersebut Dubes mendapat surat peringatan dari Kemenlu RI karena dianggap lalai, sehingga Dubes sudah tidak suka lagi dengan saya, juga karena "kecerewetan" saya atas penggelembungan nota pembelian/pengadaan tas promosi KBRI di akhir tahun 2011. Mengetahui hal tersebut saya memilih mundur dan menerima pemecatan saya
Pada awal tahun 2012 dipastikan 10 (sepuluh) dari 16 pegawai KBRI Mexico City dipecat/mengundurkan diri. dan dari jumlah tersebut, 7 (tujuh) diantaranya menuntut tindakan semena-mena KBRI sepihak ke jalur hukum. Dengan merujuk pada hukum ketenagakerjaan Meksiko, mereka menuntut hak-hak mereka yang tidak terpenuhi pasca pemecatan dan melaporkan tindakan kesewenang-wenangan KBRI terhadap mereka. Proses hukum ketujuh kasus dari ketujuh mantan pegawai KBRI ini masih berlanjut sampai sekarang di pengadilan Federal Meksiko.
2 TAHUN KEMUDIAN: REKENING BOBOL ATAU ......?
Pada pertengahan bulan Juli 2012 tersebut kami juga mendapatkan sebuah kopi Nota Diplomatik nomor 412/MEX/PROTKONS/VI/2012 yang menyebutkan bahwa rekening KBRI telah dibobol orang sebesar $29200,-USD, disebutkan pula bahwa rekening Dubes Hamdani Djafar pada saat yang hampir bersamaan menerima deposit sebesar $ 5000,-USD. Dan sejak bulan Juni 2012 KBRI telah melaporkannya ke pihak kepolisian atas “pembobolan” rekening tersebut. Dengan menuduh tanpa bukti kepada Saudara Tubagus (ex staf admin-bukan nama sebenarnya, salah satu yang mengundurkan diri dan salah satu yang menuntut kesewenang wenangan KBRI ke aparat hukum Meksiko) Pada bulan Desember 2013 kasus pembobolan rekening KBRI tersebut telah ditutup oleh pihak berwajib Mexico. Karena ketiadaan bukti atas tuntutan KBRI kepada saudara Tubagus. Pertanyaan yang timbul kemudian, di manakah uang negara sebesar $29.200 USD tersebut?, kenapa ada deposit USD 5000,- ke rekening Dubes? apakah benar hilang atau ini hanya permainan saja untuk menjebak kami?, karena dengan keprofesionalan dan infrastruktur keamanan keuangan Meksiko dengan kamera cctv di setiap sudut gedung dan jalanan dan HSBC sebagai Bank KBRI Mexico, yang memiliki aturan keuangan yang ketat, sangat sulit untuk seseorang bisa mencairkan cek asli KBRI dengan mengatasnamakan KBRI begitu saja,ada protokoler yang tidak mungkin bisa dilanggar oleh Bank dalam pencairan uang tersebut oleh karena itu sangat kecil kemungkinan tidak dapat menangkap aktor pembobol rekening KBRI tersebut. Apakah kasus ini akan menguap bersama dengan kasus penggelembungan bea perjalanan dinas KBRI Mexico, dan juga kasus pembuatan nota-nota fiktif di KBRI ini selama masa administrasi Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Hamdani ??
terima kasih sebelumnya salam untuk tanah air yang lebih baik
Fitra Ismu Kusumo
NB:
Maaf karena Diplomat di KBRI selalu mengalami rotasi pergantian.. agar tidak ada salah paham dgn diplomat2 yg baru yg saat ini bertugas di KBRI MEXICO city maka akan saya sebutkan nama2 diplomat yang menurut saya tahu atas kasus kasus yg saya sebutkan di atas
- HAMDANI DJAFAR :DUBES luar biasa dan berkuasa penuh
- LINGGA SETIAWAN: KEpala Kanselerai /HOC
- ARISENO KUKUH PRASODJO : Kabid Admin
- Sahadatun Donatirin : Kabid Politik
- IRMA DEWI Rismayati WIRAKARA : Kabid Sosbud (atasan saya langsung)
- Pak Iwan digantikan oleh SAKUNTO PAKSI Kabid Konsuler
- ANNISA TYAS PURWANTI filler
- Seventinus Wilianto Kabid Admin pengganti ariseno pada spring 2012