Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Wayang Kulit 100% Made In Mexico??

10 Agustus 2014   21:42 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:53 135 0
Pameran Wayang di Museo Nacional de las Culturas Mexico

Yang disertai seminar dan pertunjukan wayang dengan wayang wayang 100% bikinan Meksiko

Sepanjang musim semi sampai musim panas tahun ini digelar pameran wayang di salah satu museum terkemuka di Mexico yaitu Museo Nacional de las Culturas, pameran wayang ini mengambil judul “Títeres de Asia. La magia de las sombra” (wayang wayang Asia, pesona keajaiban dalam bayangan wayang), pameran wayang ini merupakan bagian dari program pengenalan kebudayaan dunia dan program edukasi yang dimiliki oleh dewan kebudayaan dan seni mexico (Conaculta-Consejo Nacional para la Cultura y las Artes) juga Kementerian pendidikan Mexico (SEP- Secretaria de Educación Publica).

Pada pameran kali ini ditampilkan wayang dari berbagai negeri Asia seperti China, India, Thailand dan tentu saja Indonesia yang dipresentasikan dengan berbagai wayang klithik, wayang kulit dan wayang golek.

Pada program acara sepanjang bulan April-Juli 2014 tersebut juga dipentaskan pertunjukan wayang “kulit” seminggu sekali dengan mengambil kisah Ramayana juga beberapa kali mengambil dongeng lokal yang bertema kebaikan, kejujuran, serta tema yang baik selalu menang melawan yang jahat.

Yang patut dikagumi dalam pertunjukan ini adalah wayang wayang yang digunakan untuk pertunjukan wayang kulit tersebut 100% dibuat di Meksiko oleh tim dari museum dan berbahan kayu MDF pipih dengan proses tatahan laser-bukan dari kulit kambing/kerbau-. Wayang wayang produksi team museum ini  memiliki komposisi detail wayang yang tidak kalah indahnya dari wayang kulit berbahan kulit asli dari Indonesia.

Dalam keterangannya Ibu Monserrat Navarro kepala bidang pendidikan Museo Nacional de las culturas menyebutkan, bahwa sangatlah sulit untuk mendapatkan wayang kulit asli dari Indonesia, sedang koleksi wayang yang dimiliki museum tidak boleh dipergunakan untuk pertunjukan, sehingga jalan satu satunya untuk memperkenalkan tradisi ini adalah membuat sendiri wayang dengan teknologi yang ada, bersama Wendy Cardenas sebagai pimpinan produksi pertunjukan wayang, mereka memilih tokoh yang akan dibuat berdasarkan buku pewayangan serta koleksi wayang kulit yang mereka miliki, kemudian dibuat desain gambar untuk kemudian di produksi.

Tiap tiap wayang yang mereka produksi sengaja mereka buat dengan bahan kayu MDF(medium density board) karena pihak museum ingin pameran ini menjadi pameran yang interaktif -agar pengunjung juga bisa merasakan memainkan wayang-, pada awalnya mereka bikin dari bahan kertas kardus/karton namun terlalu ringkih/gampang rusak, sehingga dirubah dengan menggunakan bahan kayu mdf yang lebih kuat.

Monserrat Navarro menyebutkan bahwa tanggapan masyarakat/pengunjung sangat positif, dapat dilihat dari antusiasme mereka menonton pertunjukan mingguan wayang “kulit”, juga dari apresiasi masyarakat yang ikut membuat wayang dari kertas dimana museum menyediakan gambar wayang dari kertas untuk digunting dan dibentuk menjadi wayang agar anak anak atau pengunjung yang berminat bisa membawa wayang wayang mereka ke rumah dan mempraktekkan permainanan wayang di rumah.

Selain wayang “kulit” berbahan kayu mdf yang mengagumkan tersebut, dalam produksi pertunjukan wayang ini terdapat juga sang dalang yaitu Mas Rodrigo Daniel Medina, Mas Rodrigo dengan lihai dan piawai memainkan wayang dibalik kelir/layar pertunjukan. Rodrigo yang berprofesi sebagai pemain boneka ini mengaku sempat kesulitan memainkan wayang ini karena memang tidak dibekali pendidikan formal dan semua pengetahuan yang didapat adalah dari literatur tentang wayang kulit juga beberapa video yang beredar di internet.

Rodrigo menyebutkan bahwa wayang wayang made in Mexico ini memang lebih patut disebut wayang klithik karena memang berbahan kayu, tapi karena pertunjukannya menggunakan layar/kelir dia lebih suka menyebutnya sebagai títere de sombra/wayang bayangan -teknik yang popular di indonesia sebagai wayang kulit-, Bagi Rodrigo yang paling membahagiakan dalam presentasi presentasi wayang kulitnya adalah animo penonton dan anak anak yang  antusias terhadap kebudayaan/tradisi pertunjukan wayang yang baru dan lain dari biasanya ini.

Pada bulan Juli 2014, bulan terakhir pameran wayang ini, Museum mengadakan seminar tentang wayang dan Indonesia yang diberikan oleh: Fitra Ismu Kusumo sebagai pendiri grup kesenian dan kebudayaan Indonesia: Indra Swara. Grup Indra Swara sebagai grup independen sejak didirikan tahun 2002, senantiasa aktif mempromosikan budaya nusantara dengan berbagai koleksi wayang dan perangkat gamelan yang dimiliki. Pada seminar tersebut Fitra ismu menjelaskan sejarah wayang dan bagaimana wayang berpengaruh kepada kehidupan masyarakat Indonesia, dijelaskan pula  jenis jenis wayang yang berkembang di nusantara, pakem cerita wayang juga kreasi kreasi terbaru pertunjukan wayang di Indonesia baik wayang kulit, wayang klitik, wayang suket, wayang orang maupun wayang golek dalam rangka menjaga kelestarian kebudayaan nenek moyang tersebut.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun