17 April 2013 21:52Diperbarui: 24 Juni 2015 15:024260
Semenjak diberlakukannya EBTANAS yang kemudian berganti menjadi Ujian Nasional (UN/UNAS) masalah demi masalah terus bergulir tak pernah ada penyelesaian dan evaluasi dari pemerintah dalam hal ini pihak kementerian pendidikan yang membuat pelaksanaan ujian akhir tersebut semakin baik. Mulai dari bocornya soal, jual beli kunci jawaban sampai dengan tim sukses yang disiapkan pihak sekolah demi pencapaian prosentase kelulusan peserta didiknya 100%. Berbagai upaya dilakukan melalui tekanan-tekanan politis mulai dari gubernur, wali kota, bupati, kepala dinas pendidikan sampai kepada kepala sekolah, ini menunjukkan bahwa pelaksanaan ujian nasional bukan lagi menjadi ajang penentuan kualitas pendidikan semata tetapi sudah meluas ke ranah politik yang sangat kental. Dan ini sudah bukan lagi menajdi rahasia umum, dan yang lebih parah lagi ternyata permainan kotor seperti ini sudah menjadi pijakan seluruh peserta ujian nasional di seantero nusantara, sehingga para peserta didik tak lagi mempersiapkan diri dengan matang dalam mengahadapi ujian akhir, karena sudah tersimpan dalam memori mereka dan bahkan sudah menajdi mindset mereka bahwa dengan tidak belajar pun mereka pasti lulus dengan nilai fantastis. Apakah ini yang dinamakan kualiatas pendidikan ? Sepertinya kementerian pendidikan pun maklum dengan hal ini, karena target yang dicapai hanya hasil yang menjadi dasar dari kualitas atau mutu pendidikan bukan prosesnya. Wajar saja jika masalah kecurangan demi kecurangan akan terus terjadi, dan ini sudah mendapatkan lebel “halal” demi pencapaian mutu pendidikan di negeri ini.
Jixie mencari berita yang dekat dengan preferensi dan pilihan Anda. Kumpulan berita tersebut disajikan sebagai berita pilihan yang lebih sesuai dengan minat Anda.