Sepi.
Hampa.
Pilu seperti tertusuk duri.
Namun tiada niatanku untuk menuangkan sedikit lukaku di sela jaketmu lagi, terlebih di hatimu.
Batas kelayakanku termakan waktu.
Dan tidak, kau tak perlu tahu bagaimana aku mencoba menutupi bekas luka ini.
Kau tak layak melihat butir alir pada pipiku.
Tiada yang lain yang ingin ku katakan.
Aku sudah berusaha menutupi semua ini dengan baik, bukan?
Jangan salahkan gadis yang mencoba tersenyum menopang dirinya sendiri, diatas kakinya sendiri.
Hanya senyum ini yang ku tampakkan. Tidak pernah terlalu jauh dalam perasaan.
Berbahagialah dengan seseorang disana.
Kau layak tersenyum lepas seperti itu.
Kau layak meneruskan perjalananmu.
Aku hanya kerikil kecil yang kau lalui, tak pernah berarti nilai.
Jangan pernah berjanji menjadi teman, ketika menjadi lawan adalah hal satu-satunya yang kau inginkan.
Maaf tidak pernah menjagamu dengan baik.
Maafkan kekecewaanmu telah mempercayaiku.
Aku pun layak bahagia sepertimu.