Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

8 Alasan Siswa Tidak Lulus UN

5 April 2012   08:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:00 5158 1
Tidak lulus UN seakan menjadi "kiamat kecil" bagi siswa dan orang tua. Selain menanggung malu siswa akan menjadi trauma ketika harus berhadapan dengan yang namanya ujian. Sejujurnya ujian bukanlah sebuah penghakiman. Dalam tulisan Prof. Renald Khasali yang saya baca dalam sebuah artikel di Facebook diceritakan tentang pengalaman beliau ketika berhadapan dengan beberapa penguji saat melakukan sidang. Perbedaan tersebut adalah dari mental para pengujinya. Sebagian besar penguji di Negara maju tidak memiliki tendensi untuk menjatuhkan siswa saat diuji. Jika ada kesalahan justru akan dijelaskan kesalahannya dan diberikan clue untuk mempertahankan tulisannya. Lain lagi dengan di Indonesia yang terkesan bahwa ujian adalah ajang balas dendam para penguji atau penghakiman. Sehingga manusia-manusia Indonesia lebih banyak yang melempem padahal punya potensi luar biasa. Memang tidak semuanya demikian tapi saya rasa masih ada yang seperti itu.

UN jika dilihat dari kacamata siswa adalah sebuah hal yang menakutkan. Sehingga siswa seolah sedang "dihakimi" dengan lembaran-lembaran soal yang menentukan kelusannya setelah 3 atau 6 tahun mengenyam bangku sekolah. Karena taruhannya lulus dan tidak lulus. Jika lulus tentu masalah akan aman dan selamat lah dari rasa malu. Jika tidak lulus siap-siap mendapatkan hukuman sosial secara tidak langsung. Stigma negative masyarakat tentang siswa yang tidak lulus ini begitu kuat. Sehingga tak jarang ada siswa yang tidak siap mental melakukan hal-hal diluar batas kesadaran karena efek tekanan yang begitu mendalam.

Jika di perhatikan lebih lanjut sebetulnya ada beberapa hal sepele yang membuat seorang siswa tidak lulus Ujian Nasional. Hal yang akan saya sebutkan dibawah ini lebih banyak kesalahan teknis dibandingkan non teknis.

Pertama, lembar jawaban computer adalah lembaran "suci" yang tidak boleh sobek, berlubang, kotor, bahkan terlipat. Karena kesalahan dalam proses scanning akan menyebabkan tidak terbacanya lembar jawaban tersebut. Kotor mungkn masih bisa di hapus atau di bersihkan, tetapi jika sudah berlubang bahkan robek siswa harus mengganti lembar jawaban yang rusak itu dengan yang baru. Hasilnya jika tetap di scan tentu saja lembar jawaban tersebut tidak akan berarti apapun selain error.

Kedua, karena UN dilaksanakan dalam beberapa hari yang berbedan dengan pelajaran yang berbeda, tentunya siwa harus mengisi jawaban dengan lembar jawaban yang berbeda. Inilah yang luput dari ketelitian. Terkadang ada siswa yang mengisi nama yang berbeda di lembar pertama dengan lembar yang lainnya. Tentu saja hal ini akan menyulitkan ketika nomor pesertanya pun tidak terbaca. Maka kelengkapan dan kesamaan pengisian data harus dipastikan lengkap mulai dari hari pertama hingga hari terakhir ujian.

Ketiga, pensil 2 B. Pensil 2 B sebetulnya bukan syarat mutlak agar lembar jawaban computer terbaca. Pernah di ujikan jika lembar jawaban tersebut diisi dengan menggunakan spidol. Ternyata hasilnya dapat terbaca, namun kelemahan spidol adalah tidak terbaca. Mengapa harus pensil 2 B. Pensil 2 B memiliki ketebalan yang cukup agar lembar jawaban computer dapat terbaca. Tidak terlalu tebal juga tidak terlalu tipis. Jika terlalu tebal tentu akan mengotori lembar jawaban manakala jawaban yang telah di bulatkan/disilang akan diganti dengan jawaban lainnya. Jika terlalu tipis juga potensi tidak terbaca scanner akan semakin besar. Boleh menggunakan pensil mekanik tapi pastikan isinya adalah 2B. Soal merek tidak banyak berpengaruh. Pilih juga penghapus karet yang berkualitas baik. Jangan menggunakan karet gelang untuk menghapus jawaban yang salah. Potensi penggunaan karet gelang di pelosok perlu di perhatikan para pengawas. Toh bisa saja masih ada siswa yang menggunakannya.

Keempat, factor nervous saat ujian ternyata menjadi hal yang pelik. Siswa cerdas sekalipun jika tidak bisa mengontrol kegelisahannya ini akan cukup berakibat fatal. Pikiran tidak focus dan mengisi jawabanpun jadi asal-asalan. Selain harus menyiapkan materi yang harus dipelajari ternyata kesiapan mental juga penting. Jika pengawas melihat ada siswa yang merasa nervous atau gelisah sebaiknya di lakukan langkah-langkah agar siswa bisa lebih tenang dalam mengerjakan soal ujian.

Kelima, factor pengawas. Ada beberapa pengawas yang mungkin tidak melakukan tugasnya dengan baik. Misalnya membiarkan siswa mencontek berjamaah. Sehingga ini akan dapat berpotensi menggoyahkan jawaban peserta. Tidak ada jaminan jika contekan-contekan yang bertebaran memiliki kode yang sama dengan soal bahkan merupakan jawaban yang tepat bagi soal yang di berikan. Artinya pengawas harus benar-benar melakukan tugasnya dengan baik agar siswa yang benar-benar siap tidak menjadi goyah karena pengawasan yang lemah sehingga menimbulkan kecurangan yang dibiarkan.

Keenam, factor kesiapan tubuh. Tidak sedikit siswa yang belajar mati-matian dengan menggunakan system kebut semalam. SKS jelas sangat tidak dianjurkan. SKS hanya cocok bagi beberapa siswa tapi hasilnya pun jauh dari maksimal. Siswa sebaiknya mengangsur hafalan atau pemahamannya terhadap kisi-kisi soal ujian yang benar-benar belum dikuasai.

Ketujuh, tidak memahami konsep dasar. Ada beberapa siswa yang mengerjakan soal eksakta karena sudah ada contoh soal dengan tipe yang sama. Sehingga jika diberikan dengan tipe soal yang sama siswa bisa mencontoh langkah-langkah yang sudah ada. Celakanya jika tipe soalnya berbeda siswa akan kelimpungan mencari jawabannya. Meskipun sudah open book siswa yang tidak menguasai konsep dasar dijamin tidak akan dapat menyelesakan soal yang diujikan. Jadi hendaknya guru dan orang tua benar-benar mengecek pemahaman siswa terhadap sebuah soal dengan tipe-tipe yang berbeda namun masih dengan kisi-kisi yang sama.

Kedelapan, factor doa orang tua. Faktor keluarga adalah factor yang paling besar dalam mensupport siswa atau malah bisa sebaliknya. Tak jarang ada beberapa siswa yang sudah memasuki remaja seringkali memiliki masalah keluarga. Entah itu bertengkar dengan ayahnya atau ibunya. Sebaiknya sebelum ujian nasional semua permasalahan keluarga harus diselesaikan agar tidak memengaruhi pikiran siswa ketika melakukan ujian. Doa orang tua tentu akan sangat manjur jika siswa mau mematuhi orang tua.

Buat para siswa yang hendak melaksanakan Ujian Nasional, tinggalkan lah sejenak kesenangan dunia. Facebook, twitter, PSP, dan segala hal yang membuat kalian terlena sebaiknya di tunda dulu. Masalah UN bukanlah masalah yang pelik jika kalian mempersiapkannya dengan baik. Seperti yang saya sebutkan diatas, lebih banyak kesalahan teknis yang dilakukan karena kecerobohan dan ketidaktelitian. Yakin Dengan Usaha Kalian Pasti Bisa!

Man Jadda Wajada

Serpong di tengah cuaca yang mendung.

Follow @gurubimbel #twitter #instagram

Tulisan sebelumya Si Lidah Sapi Gyu Tan Don

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun