Mohon tunggu...
KOMENTAR
Money

Penjual Mie Ayam, Kenaikan BBM dan Wirausaha

31 Maret 2012   06:49 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:13 539 0
Sehari sebelum dilaksanakan sidang paripurna di Senayan. Saya sempat membeli mie ayam pesanan istri saya di daerah Ciater, Tangerang Selatan. Mie Ayam adalah panganan favorit istri saya setelah baso. Iseng-iseng saya bertanya beberapa hal tentang strategi yang akan mereka lakukan dalam menghadapi situasi jika memang bbm benar-benar dinaikkan.

"Gimana mas rencananya kalau bbm naik? Apa harga mie ayam juga dinaikkan?"

"Wah belum tentu mas, paling ya porsinya kita kurangin"

"Terus sekarang bahan-bahan udah pada naik belum?"

"Iya mas, cabe aja yang biasanya 45 ribu dapet 1,25 kg skrg cuma dapet 1 kg aja"

"Terus sewa tempat naik juga gak?"

"Lah itu belum tau mas, yang penting pelanggan tetep tau kalau kita tetap jualan mie ayam dengan harga terjangkau"

"Ya syukur deh kalau harganya gak ikut naik :)"

Mie Ayam Gajah Mungkur Tlale ini adalah mie ayam yang cukup fenomenal di daerah Ciater, Tangerang Selatan. Warung ini beroperasi sejak lebaran tahun 2011 lalu. Hampir setiap malam ketika saya pulang kantor, warung ini selalu ramai dan dipenuhi pelanggannya. Kadang ketika saya mau membeli untuk istri, tak jarang pula sudah kehabisan.

Selain harganya yang murah, rahasia dari larisnya mie ayam ini adalah letak warung yang sangat strategis. Konsep waralaba Mcd yang selalu berada di perempatan jalan raya diadopsi warung ini dengan memposisikan warungnya tepat berada di pertigaan jalan raya antara jalan Ciater-Pamulang Dua-Ciputat. Apalagi di setiap weekend jalanan ini selalu macet. Kemacetan tentu bisa memberikan berkah bagi pedagang di sekitarnya.

Mie Ayam ini boleh dibilang mie ayam hemat. Hingga harganya juga hemat. Hanya Rp. 5.000,- satu porsi. Tanpa pangsit tanpa baso. Meski saya hanya beli satu mie ayam tanpa pelengkap tersebut, saya tetap dilayani dengan ramah oleh pedagangnya. Jika ingin menambah pangsit cukup menambah seribu. Jika ingin menambah baso cukup tambah lagi dua ribu rupiah. Jadi porsi mie ayam di warung ini berkisar antara Rp. 5.000 - Rp. 8.000,- saja.

Dari percakapan diatas terdengar jelas bahwa pedagang ini tidak pantang menyerah dan lebih mementingkan kepentingan pelanggan dalam menghadapi kenaikan harga bbm. Pelanggan sudah kadung jatuh cinta dengan mie ayam goceng ini.

Memang tidak sedikit yang menduga bahwa mie ayam ini bisa jadi pakai ayam tiren melihat harganya yang sangat murah. Namun saya memastikan dengan bertanya langsung bahwa bahan-bahan yang mereka gunakan dijamin halal dan fresh.

Cara lainnya saya mentraktir teman-teman kantor tanpa memberi tahukan harganya. Setelah semua makan dengan lahap kemudian saya beberkan bahwa mie ayam yang saya beli satu porsinya hanya goceng. Kemudian saya bertanya pada mereka apakah ada rasa-rasa yang aneh? Semua kompak mie nya kenyal dan gurih. Ayamnya pun nikmat dan tak sedikitpun ada kecurigaan bahwa itu ayam tiren.

Apa yang dilakukan seorang wirausahawan yang menggeluti bidang kuliner sebetulnya bisa mencontoh apa yang dilakukan pedagang mie ayam ini. Biarkan harganya tetap, tapi bisa dengan menyesuaikan porsinya. Saya yakin trik ini dapat dipahami pelanggan. Dan pelanggan pasti mafhum dengan keadaan ini (kenaikan bbm). Terciptanya hubungan antara pelanggan dan wirausahawan dengan keterbukaan seperti ini justru akan semakin menciptakan hubungan yang harmonis. Tidak ada yang dirugikan dan tidak ada yang merasa di tipu.

Sebaliknya, saya jadi teringat teh kotak kesukaan saya yang biasanya ada tanda bonus isi 15 %. Meskipun hanya 15% tapi dengan memberikan bonus seperti itu justru membuat pelanggan merasa mendapatkan value yang lebih dibandingkan dengan memilih produk yang lain.

Selamat berakhir pekan

Follow @gurubimbel

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun