Mohon tunggu...
KOMENTAR
Healthy Pilihan

Derita ‘Mentruasi’ Mulut Bulanan

17 Maret 2014   21:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:50 193 1
Sariawan? Ini siksa mulut yang selalu menderaku setiap satu setengah hingga dua bulan sekali. Kehadirannya di awal, pertengahan atau akhir bulan. Kalau wanita punya menstruasi, maka aku punya sariawan. Seperti halnya mentruasi yang membuat perempuan uring-uringan tanpa sebab, sariawan juga merenggut banyak kenikmatanku. Makan tak nyaman, sikat gigi sakit, mulut terasa kotor, dan bibir bengkak.

Kebanyakan orang sakit sariawan hanya satu titik/lubang saja. Aku bisa mengalami hingga dua titik/lubang di tempat berbeda. Saat membuat tulisan ini, aku lagi didera dua sariawan. Satu di ujung lidah sebelah kanan dan satunya di bibir kanan atas. Beberapa harian kemudian satu sariawan di bibir kiri bawah.

Karena terjadi di mulut, sariawan pasti membuat kenikmatan makan berkurang. Ketika bagian bibir berlubang atau bengkak tadi menyentuh makanan, ini menyebabkan rasa perih yang sangat. Tidak jarang, aku menyesap air ludah untuk meredakan rasa sakit ini.

Penderitaan belum usai. Aku terpaksa menarik bibir atas atau bawah saat menyikat gigi supaya bulu atau gagang sikat gigi tidak bersentuhan langsung dengan bagian bibir berlubang/bengkak. Aku biasanya menyikat gigi dengan cara menggerakkan sikat gigi ke atas-bawah. Tapi ketika sariawan, aku menyikat gigi ke kiri-kanan. Padahal menyikat gigi dengan cara pertama membuat gigi lebih bersih dibanding cara kedua. Usai menyikat gigi, tidak jarang busa pasta gigi keluar bercampur darah.

Penderitaan berlanjut saat mencukur kumis atau jenggot. Aku harus memelankan gerakan pisau cukur di bagian bibir yang diserang sariawan. Terkadang aku mendorong bibir dalam dengan ujung lidah. Ini lumayan mengurangi rasa sakit. Akan tetapi tidak selalu berhasil.

Sariawan juga membuat mulut terasa kotor padahal baru beberapa jam menyikat gigi. Mungkin ini dikarenakan reaksi tubuh terhadap penyakit. Tubuh mengeluarkan enzim yang berdinas ‘menambal’ bagian yang berlubang tersebut. Alhasil, di siang hari atau sore, aku merasa seakan-akan di sela-sela gigi terasa ada tepung atau sisa makanan yang belum dibersihkan.

Untungnya ketidaknyaman dan penderitaan di atas masih bisa disembunyikan, kita sendiri yang merasakan. Yang membuat lebih tidak nyaman adalah sariawan membuat bibir bengkak. Suatu hari aku pernah bertemu klien kantor. Saat lagi asyik berbincang, tanpa diduga klien tadi bertanya: bibirnya kenapa? Dengan sedikit menahan malu, aku katakan sejujurnya. Bukan lantaran bengkaknya namun sariawan yang dipersepsikan kurang bisa menjaga kebersihan mulut.

Perbanyak Makan Sayur dan Buah
Aku tidak ingat sejak umur berapa aku menderita penyakit ini. Padahal soal kebersihan aku jauh dari tipe pria jorok. Aku senantiasa menggosok gigi dengan pasta minimal 2x sekali saat mandi pagi dan sepulang kantor. Namun aku kadang tidak menggunakan pasta karena khawatir penggunaan pasta setiap hari justru tidak bagus untuk kesehatan gigi.

Selain menjaga kesehatan mulut dengan menggosok gigi, aku juga memerhatikan masalah asupan makanan yaitu sayur dan buah. Seiring berjalannya usia, aku semakin menyadari pentingnya mengonsumsi sayur dan buah. Minimal dua hari sekali istri selalu memasak sayur untuk suami, anak, dan tentu dirinya.

Meski anak-anakku susah mengonsumsi sayur namun aku dan istri selalu mengingatkan mereka pentingnya mengonsumsi sayur mayur. Tidak jarang aku menceritakan kepada mereka tentang teman sekantor yang meski seusaiku tetapi rambutnya sudah 80% dipenuhi uban. Sementara aku, bukan bermaksud congkak, alhamdulillah ‘baru’ 30% rambut putih bertengger di kepala.

Saat mengantar istri belanja, aku memintanya membeli mentimun lalap. Mentium lalap, begitu penjual menyebutnya, berukuran sebesar ibu jari kaki. Rasanya sedikit manis. Istri membeli satu hingga dua kilogram. Setiba di rumah, aku mencuci buah segar ini dan menghabiskan tiga sampai empat buah. Melihat aku begitu menikmati, anak-anak kerap meminta. Kesempatan bagus untuk mengajari mereka menyukai buah, batinku.

Selain itu, aku dan istri selalu menyempatkan diri membeli buah, khususnya pisang. Selain mudah didapat, pisang sangat bersahabat dengan kantongku. Aku membeli dua sisir namun kerap memborong satu tandan, utamanya bila pisang barlin yang buahnya sebesar ibu jari kaki itu. Mulanya si penjual heran namun akhirnya ia mengerti aku dan istri ‘rakus’ dengan pisang ini.

Hasilnya?
Itu tadi. Aku tetap terserang sariawan secara berkala. Penyakit ini ‘sukses menghasilkan’ tidak hanya satu tapi dua lubang sekaligus di bibir. Ketika salah satu lubang sembuh, lubang berikutnya muncul. Benar-benar siksaan beruntun.

Ada yang menyarankan obat tetes atau meminum obat berbentuk serbuk/cairan. Namun aku sangat jarang mengikuti saran tadi. Termasuk ketika Deltomed meluncurkan Kuldon Sariawan, jujur, aku belum pernah mencobanya. Alasan paling jelas adalah aku terlanjur ‘menikmati’ penyakit ini. Toh ia akan ‘pergi’ setelah sepekan menghajar mulutku.

Namun, mendengar Deltomed menggelar lomba seputar sariawan, aku berubah pikiran. Aku tergerak untuk ikut. Aku ingin belajar lebih jauh bagaimana cara merawat mulut yang benar, aku akan senang bertemu dengan para peneliti dan dokter di sana, dan aku sangat bangga menyaksikan langsung kecanggihan ilmu kesehatan melalui pabrik Deltomed. Andai terpilih sebagai salah satu peserta Lomba Blog Competition Tahap I---dan tahap-tahap berikutnya hingga final…hehehehehe---aku bakal memanfaatkan pengalaman dan pengetahuan berharga ini untuk memerangi sariawan dan penyakit lainnya.

Selain buat diri sendiri, aku akan membagikan pengalaman dan pengetahuan tadi kepada orang-orang terdekat. Terutama ibuku yang gara-gara sariawan, bibir beliau pecah-pecah dan tidak bisa makan. Sementara, teman sekantor terpaksa mengambil cuti lantaran mulutnya bengkak dan harus berobat ke dokter.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun