Mohon tunggu...
KOMENTAR
Money Pilihan

Industri Hulu Migas : Realita dan Harapan

25 Februari 2015   20:48 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:31 472 0

Ketika harga bahan bakar minyak naik, yang paling panik adalah ibu rumah tangga, termasuk aku. Bagaimana tidak panik ? aku harus memutar otak supaya penghematan bisa dilakukan dengan maksimal dan sepenuh hati. Mencapai maksimal mungkin mudah, tapi untuk mencapai sepenuh hati rasanya berat ya…apalagi harus menghadapi suami dan anak-anak yang kadang protes kenapa kok uang jajannya berkurang, kenapa kok menu makan siangnya jadi super sederhana, kenapa kok sebulan cuma boleh beli baju sekali, kenapa kok sekolah harus naik angkot, kenapa kenapa dan kenapa ?! pertanyaan-pertanyaan itu yang seringkali membuat dilema. Di satu sisi aku ingin memberikan yang terbaik untuk keluargaku tapi di sisi lain aku harus realistis bahwa kenaikan harga bahan bakar minyak sudah pasti berimbas pada kenaikan harga bahan pokok lainnya yang artinya penghematan mau tidak mau suka tidak suka ya harus dilakukan.

Jujur saja, sebagai masyarakat awam kadang kesal dengan fluktuasi harga di pasaran. “Tersangka” utama tentu saja bahan bakar minyak (BBM). Kalau sudah harga BBM naik pasti harga-harga lainnya juga ikut naik. Bahkan, seringkali baru sekadar wacana atau isu bahwa BBM akan naik, barang-barang lainnya sudah naik duluan. Maka disinilah sangat dibutuhkan kehati-hatian pemerintah atau siapa saja yang berkompeten dalam memberikan wacana ke masyarakat sebab imbasnya sangat besar dan cukup mengkhawatirkan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun