Kecantikan merupakan suatu konsep yang rumit dan sering kali bersifat subjektif, hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti budaya, media, dan pengalaman pribadi. Dalam konteks biopsikologi, sensasi dan persepsi memiliki peran penting dalam bagaimana seseorang memahami dan memancarkan kecantikan. Sensasi mengarah pada proses sistem sensorik yang mendeteksi rangsangan fisik dari lingkungan eksternal atau internal, sedangkan persepsi merupakan proses lanjutan di mana otak menginterpretasikan sinyal yang diterima dari sistem sensorik. Salah satu cara kerja sensasi adalah mengamati melalui pengelihatan, contohnya ketika seseorang melihat iklan atau video model di media sosial, maka mata mereka akan menangkap berbagai elemen visual seperti warna, bentuk, dan ekspresi wajah. Proses ini merupakan contoh sensasi penglihatan yang sangat berpengaruh dalam penilaian kecantikan. Selain itu, dalam produk kecantikan seperti cream atau lotion yang biasa disebut skincare terdapat sensasi sentuhan yang berperan penting saat produk tersebut digunakan. Rasa lembut atau tekstur halus dari produk tersebut dapat mempengaruhi persepsi seseorang mengenai efektivitas produk tersebut dan penilaian mengenai kecantikan kulit mereka. Setelah adanya sensasi, maka akan terjadi informasi yang diterima dan diproses lebih lanjut menjadi persepsi. Persepsi merupakan proses lanjutan di mana otak menginterpretasikan sinyal yang diterima dari sistem sensorik. Dalam konteks kecantikan, persepsi juga dipengaruhi oleh faktor utama, yakni budaya. Di berbagai budaya, definisi kecantikan bisa sangat berbeda. Apa yang dianggap cantik di satu budaya mungkin tidak sama dengan budaya yang lain, misalnya di beberapa budaya Asia Tenggara, kulit cerah sering kali dianggap sebagai simbol status sosial dan kecantikan, sementara di beberapa budaya Afrika atau Karibia, kulit gelap akan dianggap lebih menarik karena menunjukkan kesehatan dan kekuatan.
KEMBALI KE ARTIKEL