Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Karena Kompasiana, Saya Kembali Tersenyum

13 September 2015   09:27 Diperbarui: 13 September 2015   11:51 434 44
Langkahku terasa berat melangkah, ketika harus melewati masa-masa kritis dalam berumahtangga. Ada masanya aku enggan bangun, tuk menatap indahnya pagi. Karena dibayangin ocehan nenek lampir yang akan memberangusku dan anakku. Semua terasa mengerikan. Rumah yang nyaman berubah seperti neraka. Tiap hari aku menangis dan terus bertanya pada Tuhan “kenapa aku?”

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun