1. Karena saya suka dan senang dengan anak kecil dan saya ingin mengajarkan anak-anak SD/MI untuk menjadi lebih mandiri, berperilaku baik, gigih, berintegritas, dan menjadi generasi penerus bangsa yang sukses.
2. Prospek kerja guru juga luas sekali. Guru adalah profesi paling mulia, menjadi guru merupakan salah satu cara saya berbakti pada Bangsa dan Negara yaitu dengan cara mengajarkan anak-anak dari saat mereka kecil hingga menuju akhil baligh.
3. Sebagai perantara saya menyalurkan ilmu yang sudah saya dapatkan selama saya belajar, karena saya ingin ilmu-ilmu yang sudah saya dapatkan itu bermanfaat kelak dalam kehidupan sehari-hari saya dan kelak saat menjadi guru atau orang tua.
Di samping semua itu, tentu saja ada suka duka menjadi seorang guru, sukanya adalah melihat anak-anak yang ingin belajar dan melihat mereka dapat mengetahui hal-hal yang tidak mereka ketahui sebelumnya. Dukanya secara umum, ada persepsi di kalangan masyarakat umum bahwa tanggung jawab guru lebih tinggi daripada tanggung jawab orang tua di rumah, kesannya kalau sudah sekolah semuanya itu adalah tanggung jawab guru, padahal pendidikan itu adalah tripusat, tripusat keluarga, tripusat sekolah, dan juga tripusat masyarakat. Setiap individu memiliki perannya masing-masing, dan guru tidak mungkin dapat membimbing dan mendidik anak-anak mereka sendirian, sehingga peran keluarga, masyarakat, dan lingkungan sekitar juga sangat penting. Saya mengakomodir guru sebagai sosok tanpa tanda jasa yang dapat memberi perubahan nyata dalam pendidikan. Sebagus apapun program pendidikan atau kurikulumnya, jika guru tidak mampu melaksanakan dan mewujudkannya di kelas atau sekolah, maka semuanya akan berantakan atau sia-sia. Oleh karena itu, saya memahami bahwa guru ini adalah penentu kualitas pengajaran, dan kualitas pengajaran itu sendiri yang pada akhirnya akan menentukan kualitas pendidikan suatu bangsa.
"Mungkin semua orang bisa menjadi guru, tapi tidak semua orang bisa menjadi pendidik."
