Menurut KBBI, "populer" memiliki 3 arti (1) dikenal dan disukai orang banyak (umum); (2) sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada umumnya; mudah dipahami orang banyak; (3) disukai dan dikagumi orang banyak. Nah, entah arti mana yang dimaksud si Direktur Eksekutif Freedom Institute tentang makin populer-nya Bakrie Award setelah penolakan Seno ini.
Seno bukan tak ingin lebih populer dengan menerima Bakrie Award ini. Tetapi beliau beralasan, "...penghargaan tersebut sebaiknya diberikan kepada orang lain yang dianggap layak, karena saya tidak dapat menerimanya." Atau Bakrie Award memang 'sengaja' mencalonkan Seno karena satrawan pembangkang ini bakal menolak dan efeknya Bakrie Award makin populer? Entah. Yang lebih menarik bagiku alasan Seno "...dianggap layak" yang menimbulkan polemik "kelayakan", setidaknya polemik di pikiranku.
Menurut KBBI, kata "layak" memiliki 2 arti, (1) wajar; pantas; patut; (2) mulia; terhormat. Nah, barangkali Seno menganggap dirinya sedniri tidak layak menerima Bakrie Award ini. Atau barangkali Seno menganggap bahwa penolakan ini - dan juga yang pernah dilakukan oleh tokoh-tokoh lain sebelumnya - adalah sesuatu yang wajar, pantas, patut ditujukan kepada Grup Bakrie. Mereka yang menolak (juga yang menerima) adalah tokoh-tokoh yang layak, dalam pengertian mulia, terhormat.
Demikianlah Seno, yang barangkali seperti tokoh Siti dalam Cerpen "Karangan Bunga Dari Menteri" merasa mual sampai mau muntah dan tak sanggup menerima "karangan bunga" dari Freedom Institute dan Grup Bakrie. Soal esensi penolakan Seno, barangkali di masa depan baru terungkap. Alasan tokoh-tokoh lain sudah jelas, apalagi kalau bukan soal Lapindo yang belum diberi penghargaan yang layak oleh Bakrie.
***