Suatu hari Eddy tak bisa menghindar ketika seorang polisi menyuruhnya berhenti. Mungkin curiga lihat motor jadul dan ringsek sana sini atau Eddy sedang apes.
" Selamat siang dek, boleh lihat surat2 motor dan SIM kamu." tanya si bapak polisi dengan tegas.
" Saya ngga punya SIM pak, ada juga STNK, mana mampu saya bikin SIM, kan mahal." jawab Eddy
" Kamu akan saya tilang!" kata pak polisi sambil mengeluarkan buku tilang.
" Ya pak tega amat saya kan masih kuliah, lagi rumah saya dekat koq!"
" Ya sudah damai saja, kamu ada duit berapa? "
" Cuma 10 ribu pak, ini juga uang jajan saya sama bensin." jawab Eddy sambil memperlihatkan isi dompetnya yang cuma 10 ribu.
" Mana sini uangnya, jangan keliatan dong ngasihnya. Selipkan aja di STNK kamu!" ujar pak polisi
Maka pindahlah uang jajan Eddy ke tangan pak polisi, Eddypun bebas naik motor tanpa SIM.
Beberapa bulan kemudian setelah Eddy bekerja part time sambil kuliah, ia mampu mengumpulkan uang untuk membuat SIM motor. Dengan semangat pagi pagi Eddy berangkat ketempat pembuatan SIM. Dia bingung ketika banyak calo menawarkan bikin SIM lewat tol. Dia ingin melewati prosedur yang benar.
Ternyata Eddy yang sudah mahir membawa motor dinyatakan tidak lulus dan harus mengulang. Dari beberapa orang yang Eddy temui di sana, ada yang mengatakan percuma lewat jalan biasa, pasti ngga lulus. Lewat calo memang harganya double, tapi kan sama aja kalau kita mengulang dua kali baru lulus.
Akhirnya Eddy membayar lewat calo, tanpa test . Duduk manis menunggu, SIM selesai dalam waktu beberapa jam saja. Ketika pulang ke rumah Eddy berkata pada mamanya " Koq polisi gitu ya ma?
" Tak semua seperti itu sayang, mungkin kebetulan aja kamu ketemu oknum. Banyak lho nak! polisi baik dan jujur." ujar mama Eddy sambil mengusap rambut anak lelakinya.
