Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

Kondisi Sekolah di Tengah Pandemi Covid-19

7 April 2020   23:04 Diperbarui: 8 April 2020   12:03 664 3
Saat sekolah-sekolah mulai diliburkan pada Rabu (16/03/20) gara-gara virus Corona (Covid19), guru dan orangtua mulai resah, kantin sekolah dan pedagang kecil pun bingung hendak berjualan di mana lagi. Sementara anak-anak yang masih lugu kegirangan karna mereka menyangka libur ini adalah momen terbebas dari hiruk pikuk sekolah.

Namun ternyata tak ada yang menyangka, bahwa libur panjang ini sangat menguras emosi dan tenaga orangtua di rumah. Mereka mesti menemani anaknya mengerjakan tugas, mengawasi aktivitas anak, dan berkomunikasi dengan guru via media sosial.

Satu pekan pertama tak cukup bagi orangtua dan guru untuk beradaptasi. Semua serba online, guru dituntut mencari berbagai alternatif untuk membuat tugas sekreatif mungkin, sedangkan orangtua banyak yang belum memiliki gawai dan tidak cukup mengerti teknologi.

Bayangkan saja, mulai dari aplikasi video call, sampai berbagai aplikasi penyedia kuis menarik disodorkan oleh sebagian guru kepada orangtua yang notabene perangkatnya mungkin belum terlalu support untuk itu.

Pekan kedua mulai bermunculan keluhan dari para orangtua, tak terkecuali guru. Orangtua mengeluh tugas yang diberikan oleh sekolah terlalu banyak, guru berusaha memberikan pengertian bahwa mereka mesti mengejar ketertinggalan materi. Semuanya seakan tidak sinkron.

Memasuki pertengahan pekan, nampaknya kedua belah pihak (red: guru dan orangtua) sudah mulai terbiasa. Namun tetap kondisi ini menyisakan keresahan bagi semua pihak, apalagi jika kebijakan belajar dari rumah diperpanjang oleh pemerintah, karena hingga saat ini pertanda covid19 akan berakhir tak kunjung muncul.

Guru dan orangtua yang memiliki keterbatasan perangkat pembelajaran berbasis online, materi yang sulit tersampaikan, kesibukan orangtua yang bekerja sehingga tidak bisa menemani anaknya, pedagang dan kantin sekolah tak bisa berjualan, semua persoalan ini seakan terus menumpuk.

Guru

Keresahan para guru dimulai dari keberlangsungan kegiatan belajar mengajar. Semula guru-guru telah merencanakan proses pembelajaran atau ketercapaian materi, selesai menjelang penilaian akhir tahun (PAT). Namun ternyata rencana yang sudah dibuat menjadi berantakan, guru mesti menyusun kembali rencana pembelajaran yang disesuaikan dengan situasi pandemi virus corona.

Absen, keikutsertaan dan evaluasi belajar siswa pun menjadi sangat subjektif. Guru tak bisa memantau secara langsung perkembangan peserta didiknya. Sampai hari ini yang bisa dilakukan oleh guru hanya memberi dan menerima tugas, lalu secara rutin menanyakan kabar anak-anak, entah itu via chat atau video call.

Orangtua

Meskipun saat ini ada imbauan work from home, namun ternyata masih banyak mereka yang bekerja di tengah pandemi covid19. Inilah yang terjadi pada kebanyakan orangtua siswa, mereka harus bekerja dari pagi sampai sore, dan malam mendampingi anak-anaknya mengerjakan tugas yang sangat banyak. Tapi jika anaknya sudah sampai pada tingkat menengah pertama atau atas, mungkin tak begitu kerepotan.

Keluhan orangtua ini pun mendapat respon serius dari mendikbud, Nadiem Makarim. Sehingga kemendikbud pun banyak mengeluarkan panduan-panduan belajar online yang simple dan fokus pada kondisi yang sedang terjadi.

Pada hal ini orangtua tentunya mendapat tugas lebih dari biasanya. Biasanya mereka hanya bertugas mengantar, menjemput dan memantau pekerjaan rumah yang diberikan sekolah, sekarang mereka harus ikut mengevaluasi belajar anak-anaknya, dan mengawasi agar anak tidak keluyuran ketika libur sekolah.

Kantin dan pedagang sekolah

Mereka yang terdampak selanjutnya adalah kantin dan pedagang sekolah. Biasanya kita melihat begitu banyak jajanan di sekolah-sekolah, namun sekarang berubah 180 derajat. Ibu-ibu kantin terpaksa tidak berjualan dan harus berdiam diri di rumah. Pendapatan pun turun drastis, mereka harus kerja keras mencari tempat untuk berjualan.

Semua menyadari bahwa kondisi pandemi covid19 ini sangat menjengkelkan. Tak hanya aspek kesehatan yang diserangnya, namun semua aspek ikut terdampak. Kita tak mau situasi ini berlangsung lama, apalagi sekarang mendekati bulan suci ramadhan. Sebagai manusia, kita hanya bisa bersabar seraya berdoa, berdoa dan berdoa.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun