Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Kisah Hidup Tak Terlupakan (7)

18 Oktober 2010   11:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:19 119 0

Jika Aku Menjadi Mereka

Hudup memang indah kalau kita bisa menikmatinya dengan rasa syukur. Syukur mungkin adalah salah satu hal yang pada waktu itu belum kumengerti sepenuhnya, betapa dalam maknanya, bahkan sampai kini, masih menjadi misteri dan sering kali susah untuk dilakukan.

Sepanjang masa kecilku, SD, aku habiskan di salah saru desa yang bernama Hutabarat. Bisa dibilang desa ini masih sangat kolot, jauh dari peradaban. Apalagi waktu itu, kira-kira 10-15 tahun yang lalu. Kehidupan orang-orang disana juga bisa dibilang jalan ditempat.

Hampir 80% penduduk disana hidup dari bertani, sisanya berkebun dan berternak. Dan banyak juga diantara mereka yang hanya bekarja sebagai buruh tani. Mereka mengusahakan tanah orang dan akan dibagi dua hasilnya dengan tuan tanah. Memang terasa tidak adil, si tuan hanya hanya duduk santai akan mendapat jatah yang sama dengan si buruh yang berkerja mati-matian siang sampai malam untuk mengusahakan tanah. Tapi, sepertinya itulah hukum alam.

Ayahku bekerja sebagai kepala PLN di kecamatan itu. Jadi, sosok ayahku memang cukup terpandang diseluruh kecamatan yang berpenduduk 3500 jiwa waktu itu. Keluargaku sangat sederhana, apalagi ibu juga hanya ibu rumah tangga. Tetapi jika dibandingkan dengan penduduk sekitar, kami satu kasta bahkan dua kasta malah di atas mereka. Bukannya sombong, tapi itulah kenyataan yang ada.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun