Mohon tunggu...
KOMENTAR
Lyfe

Bp. Joko Widodo: Hubungan Antara Kepemimpinan, Mobil Kiat Esemka, dan Musik Metal

14 Maret 2012   08:07 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:03 444 0
[caption id="" align="alignnone" width="600" caption="source: www.solopos.com"][/caption] Awal tahun 2012 ini, kota Solo lagi-lagi digebrakkan dengan keputusan walikota Solo, Bp. Joko Widodo (yang akrab disapa Jokowi) yang menggunakan mobil buatan siswa SMK sebagai mobil dinas beliau. Mengapa saya bilang gebrakkan? karena memang keputusan tersebut memancing banyak sekali tanggapan, baik di dunia nyata maupun di dunia maya. Dan untungnya tanggapan positiflah yang paling dominan. Bisa dibilang apa yang dilakukan oleh Bp. Jokowi terbilang langka, mengingat sulitnya menemukan figur pejabat tinggi (yang juga berkelimpahan materi) memakai mobil dinas yang terbilang sederhana. Biasanya para pejabat tinggi itu memakai mobil dinas yang mewah dan mahal (minimal lebih dari 100 juta). Selain karena kualitasnya yang bagus, tentu saja mobil tersebut menjadi simbol status sosial. Gengsi donk, masak pejabat tinggi memakai mobil dinas yang murah. Namun, beda halnya dengan Bp. Jokowi. Beliau dengan bangganya memakai mobil murah yang diproduksi oleh anak bangsa (lebih tepatnya warganya sendiri) sebagai mobil dinasnya. Meski mobil buatan lokal tersebut terkesan kurang bergengsi ketimbang mobil-mobil impor yang lain, toh Bp. Jokowi juga tidak peduli dengan hal tersebut. Beliau tetap memakai mobil Kiat Esemka sebagai mobil dinasnya, meskipun banyak cibiran dari pejabat tinggi yang lain. Apa tidak bangga wong Solo, memiliki pemimpin yang sederhana dan mau merakyat seperti beliau? Langkah-langkah beliau memang selalu terbilang unik dan baru. Bahkan mungkin diluar bayangan kita, mengingat beliau adalah seorang pejabat tinggi, yang stereotipnya selalu hidup mewah, kecukupan, dan selalu memakai barang-barang yang bergengsi tinggi. Langkah-langkah unik dan menggebrak itu pun tidak hanya diaplikasikan beliau dalam pemilihan mobil dinas. Namun hal-hal lain yang berkaitan dengan kebijakan publik pun tidak luput dari campur tangan keunikan beliau. Dulu saya masih ingat, kota Solo sebelum dipimpin beliau. Sangat sepi, minim acara, dan membosankan. Namun lain halnya dengan kota Solo setelah dipimpin Bp. Jokowi. Kota Solo pun dirombak sedemikian rupa, baik dari segi tatanan ruang maupun pagelaran, sehingga terlihat lebih hidup dan berwarna. Jujur, dulu saya tidak pernah membayangkan Kota Solo akan seramai dan sehidup sekarang ini. Beliaulah yang menggagas acara-acara seperti Car Free Day, Solo International Ethnic Music, Batik Carnival, dan masih banyak yang lain. Beliau juga lah yang menjadikan tempat-tempat kumuh menjadi tempat yang nyaman, sebut saja taman Balekambang yang dulu sangat becek, gelap, dan suram, namun sekarang menjadi hijau dan asri. Bisa dibilang kepemimpinan Bp. Jokowi dalam memimpin Kota Solo selama kurang lebih 7 tahun ini berhasil. Dengan gaya kepemimpinannya sendiri, beliau mampu menunjukan aksi yang nyata memperbaiki Kota Solo menjadi kota yang lebih baik dari sebelumnya. Gaya Kepemimpinan dan Musik Metal Berbicara tentang gaya kepemimpinan, saya pun menjadi tertarik untuk menghubungkan benang merah antara kepribadian Bp. Jokowi dengan gaya kepemimpinannya yang unik. Dan satu hal lagi yang menarik perhatian saya untuk menggabungkan benang merah tersebut adalah dengan melihat selera musik Bp. Jokowi: bukan musik pop, bukan juga musik era babyboomer, namun musik metal. Selera musik Bp. Jokowi memang terbilang unik bagi seseorang seperti beliau. Mengapa saya bilang unik? karena metal selalu identik dengan anak muda, pakaian hitam, dan rambut gondrong. Dan tentu saja musik tersebut jarang diidentikan dengan orang-orang pemerintahan yang senior, rapi, berpakaian formal, dan rambut pendek. Apalagi diidentikan dengan seorang pejabat tinggi, yang harus lebih senior, harus terlihat lebih rapi, lebih formal, lebih menjaga penampilan, dan lebih high class. Dari selera musik beliau lah saya mendapatkan sedikit gambaran mengapa Bp. Jokowi berbeda dari walikota-walikota kebanyakan. Semenjak duduk di bangku SMA, Bp. Jokowi memang antusias dengan musik-musik metal berat (layaknya Lamb of God, Sepultura, Fear Factory, hingga yang agak ringan seperti Metallica), dan setelah menjabat menjadi Walikota pun, beliau tidak melupakan musik-musik tersebut, bahkan masih menggandrungi hingga sekarang. Bukti kegandrungan beliau terhadap musik metal terlihat di tahun 2011 kemarin, saat beliau mengikuti gelaran akbar konser Metal di Solo. Bukan sebagai panitia, namun sebagai penonton. Selera musik beliau telah menunjukkan dengan sendirinya bahwa jiwa muda Bp. Jokowi masih tertanam hingga sekarang. Dan jika jiwa muda itu selalu berhubungan erat dengan kreativitas, semangat, dan inovasi, maka Bp. Jokowi pun (yang berjiwa muda) tentu saja masih memiliki hal-hal tersebut. Musik metal merupakan sebuah musik yang membutuhkan pikiran terbuka untuk bisa menikmatinya. Anda tidak bisa langsung menyukai musik keras tersebut hanya dengan sekali dengar di tv atau radio. Setidaknya dibutuhkan lebih dari sekali dengar dan bahkan alasan yang kuat untuk bisa menikmati musik metal dengan santai. Hal ini dikarenakan musik metal bukanlah musik easy-listening yang dengan mudah dipahami. Jadi sekali lagi, dibutuhkan sebuah pikiran yang terbuka untuk dapat memahami musik metal, dan akhirnya menikmati musik tersebut. Alasan ini sekali lagi mampu menunjukan pola pikir Bp. Jokowi. Sudah pasti beliau adalah orang yang memiliki pikiran terbuka (mengingat beliau adalah pendengar musik metal hingga sekarang). Hal tersebut dibuktikan beliau dalam menentukan suatu kebijakan. Beliau selalu mendengarkan aspirasi dari berbagai kalangan, menimbang-nimbang, dan baru kemudian membuat suatu keputusan untuk dijadikan kebijakan. Seperti musik metal itu sendiri yang selalu bereksperimen dengan hal-hal yang baru, Bp. Jokowi pun selalu berkesperimen dengan hal-hal yang belum pernah dilakukan oleh walikota sebelumnya. Sudah banyak bukti dari hasil pemikiran beliau, mulai dari fasilitas umum yang diperbaharui hingga acara-acara nasional maupun internasional. Sebuah prestasi yang membanggakan bagi kota Solo. Saat sebagian besar orang mencoba mengubah haluan musik mereka ketika usia mereka bertambah, jabatan meningkat, atau mungkin status sosial naik (dengan alasan sudah kurang pantas, sudah terlalu tua, menyesuaikan status sosial atau jabatan) namun Bp. Jokowi tetap konsisten dengan selera musiknya. Asalkan suka, bisa dinikmati, dan tidak merugikan orang lain, maka tidak masalah untuk tetap mendengarkan musik tersebut (meskipun jabatan sudah Walikota). Terserah orang lain mau ngomong atau berpikiran apa, yang penting musik tetap metal. Bisa jadi, keputusan Bp. Jokowi dalam memakai mobil Kiat Esemka juga hampir sama seperti ini. Beliau tidak peduli apa kata orang atau pejabat lain soal mobil dinas tersebut (kurang bergensi lah, kurang bermerek lah, belum layak pakai lah, terlihat murah lah), asalkan beliau suka dan menikmatinya, serta tidak merugikan beliau dan orang lain, maka tidak masalah bagi beliau. Tidak perlu gengsi, yang penting bisa dinikmati. Pola pikir dan kepribadian (bahkan pikiran bawah sadar) seseorang memang bisa terlihat dari selera musik yang didengarkannya. Dan hal tersebut juga berlaku untuk Bp. Jokowi. Selera musik Bp. Jokowi yang unik bagi seseorang seperti beliau menunjukan bahwa beliau adalah pribadi yang unik, berbeda, lain dari yang lain, dan penuh dengan gebrakan. Jadi tidak heran jika beliau pun berhasil memimpin Kota Solo ini dengan gaya kepemimpinannya yang unik, lain dari yang lain, dan penuh gebrakan tersebut. Memang tidak banyak pejabat tinggi pemerintah yang memiliki selera musik layaknya Bp. Jokowi. Saya memang tidak tahu secara pasti musik seperti apa yang mereka dengarkan, namun yang jelas sedikit yang sama dengan Bp. Jokowi. Hal ini yang dengan jelas menunjukkan bahwa Bp. Jokowi memang pejabat tinggi yang lain dari yang lain. Namun bukan berarti musik metal-lah yang menjadi penentu kesuksesan beliau sebagai pemimpin. Dalam hal ini, musik metal hanyalah menjadi sebuah gambaran yang menunjukan seperti apa kepribadian dan pola pikir Bp. Jokowi. Jadi jangan khawatir, jika anda tidak menyukai musik metal, anda tetap memiliki kesempatan yang besar untuk menjadi seorang pemimpin.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun