Namun meski kurang populer dibanding band-band yang telah disebutkan di atas, bukan berarti band ini tidak layak untuk mendapatkan tempat di hati masyarakat. Bahkan sebaliknya, band ini mendapatkan tempat yang sangat dalam di hati fan mereka. Sepertinya kekurangpopuleran mereka menjadi nilai positif tersendiri bagi band tersebut. Karena dengan kepopulerannya tersebut, mereka secara tidak langsung telah menyaring fan mereka menjadi dua kubu: mana fan setia dan mana yang bukan.
Saya memang penggemar Ash sejak duduk di bangku SMP, dan dilanjutkan di bangku SMA. Bahkan saya pun sempat membeli 3 album mereka, tentu saja dengan sedikit perjuangan untuk dapat memperolehnya. Tetapi saya sendiri kurang yakin, apakah saya termasuk fan setia atau tidak, karena saya lebih senang mendengarkan lagu-lagu mereka saat sang gitaris cewek, Charlotte Hatherley, masih bergabung dengan band tersebut. Namun label 'setia' atau 'tidak' bagi saya tidaklah penting, karena yang terpenting saya menikmati musik yang mereka ciptakan dan saya tumbuh besar bersama dengan musik mereka.
Setelah sekian lama tidak mengikuti berita terbaru dari Ash, tiba-tiba saya pun dikejutkan oleh berita mengejutkan di akhir Desember ini. Ya, sebuah berita peluncuran album kompilasi terbaru Ash yang berjudul The Best of Ash. Sesuai dengan judul albumnya, album ini memberikan 19 lagu kompilasi yang terdiri dari single terbaik mereka sejak album pertama hingga album terakhir (album ke-7).
Yang lebih mengejutkan lagi (dalam artian sebaliknya), album tersebut didominasi oleh lagu-lagu dari 5 album pertama. Kenapa saya bilang mengejutkan? karena 4 dari 5 album tersebut pernah dirilis di album kompilasi (greatest hits) sebelumnya Intergalactic Sonic 7" (2002). Dan hanya ada 7 lagu dari album terbaru yang dimasukkan; 3 lagu dari album Meltdown (2004) (saat Charlotte masih menjadi gitaris), dan tiap dua lagu dari album Twilight of the Innocence (2007) dan A-Z Series (2010). Bahkan lagu Polaris dari Twilight of the Innocence pun tidak dimunculkannya. Sungguh sangat disayangkan sekali.
Hal tersebut membuat saya berkesimpulan, apakah mereka tidak produktif lagi dalam menciptakan lagu? sehingga mereka lebih banyak merilis ulang lagu-lagu lama mereka ketimbang merilis materi baru (atau setidaknya memasukkan lebih banyak lagu-lagu dari 2 album terakhir). Memang hal tersebut sah-sah saja, mengingat lagu-lagu lawas mereka lebih enak didengarkan daripada lagu-lagu teranyar. Namun hal inilah yang menjadikan album The Best tampak seperti album pengulangan Intergalactic. Tidak ada sesuatu yang wah, karena materi-materi yang dikeluarkan 80% sama semua.
Jika dikatakan tidak produktif lagi, mungkin terkesan sedikit kasar, karena nyatanya album A-Z Seriesitu sendiri memiliki lagu baru yang jumlahnya seperti jumlah huruf abjad yang kita kenal. Jumlah tersebut bisa menjadi bukti bahwa mereka masih produktif dalam menciptakan lagu. Namun apa yang salah? kenapa mereka tidak memasukkan sedikitnya 5 lagu dari album tersebut? Saya memang tidak tahu dengan pasti alasannya, tapi menurut saya pribadi, mereka menganggap bahwa lagu-lagu dari 2 album terakhir kurang layak untuk dipasarkan; mengingat lagu-lagu di 2 album terakhir telah kehilangan gregetnya. Seperti layaknya band itu sendiri yang telah kehilangan gregetnya setelah ditinggal sang gitaris cewek Charlotte Hatherley. Jadi tidaklah mengherankan jika pada akhirnya mereka pun lebih percaya diri merilis ulang single-single terdahulu yang telah dikenal baik oleh penggemarnya (baik penggemar setia maupun bukan) daripada merilis single-single teranyar yang hanya dipahami oleh penggemar setia mereka saja.