Aku, secara pribadi, tergerak untuk menulis kegelisahan ini. Jujur, aku gelisah dengan banyak hal tentang masalah bahasa di Indonesia. Perlu kita sadari terlebih dahulu bahwa kesalahan bahasa akan berdampak pada miss-communication atau salah pengertian. Kan bisa jadi gawat tuh.
Nah, sebelumnya bagaimana kalau kita lihat dulu mayoritas nama-nama klub sepakbola di Eropa. Khususnya, tiga liga terpopuler Eropa seperti Liga Italia, Liga Spanyol, dan Liga Inggris. Coba di liga Italia dulu dech, ada nama-nama klub sepakbola seperti AC Milan dari kota Milan, Juventus dari kota Turin, dan Lazio dari kota Roma. Sedangkan di Liga Inggris, kita pasti sudah tidak asing lagi dengan nama Manchester United dari kota Manchester, Chelsea dari kota London, dan Arsenal dari kota London juga. Aku pengen kamu ngebandingin ‘rasa’ dari nama-nama klub yang aku sebutin di atas dengan nama-nama mayoritas klub Indonesia Super League (ISL) seperti Persija, Persib, Persik, Persiwa, Persegres, Persikota, Persita, Persikabo, per, per, per dan akhirnya kita latah“per-”!
Aku harap kamu sepakat bahwa nama-nama klub di Indonesia yang umum sekali dengan awalan “per-“ itu bukan merupakan usaha penyeragaman. Ya, bukan. Tapi yang menjadi masalah adalah ke mana nama tersebut akan bermuara atau kesan apa yang ingin dimunculkan dari nama-nama klub sepakbola itu. Jelas sekali, “per-“ adalah singkatan khas Indonesia yang berasal dari kata “persatuan”. Menurutku, persatuan adalah kata yang lazim digunakan untuk organisasi-organisasi. Kamus Besar Bahasa Indonesia pun mengartikan “persatuan” adalah gabungan (ikatan, kumpulan, dsb) atau perserikatan; serikat. Oleh sebab itu, selain umumnya awalan “per-“ pada nama-nama klub sepakbola di Indonesia, awalan “per-“ juga memvisualisasikan tatanan organisasi yang menurutku memunculkan kesan yang kurang menarik.
Lantas, apa perbedaannya dengan mayoritas nama-nama klub sepakbola di Eropa? Perbedaannya terdapat pada maksud nama itu dibuat. Contoh, Chelsea FC, Manchester United, S.S Lazio, FC Barcelona, AC Milan, dan lain-lain. Nama-nama tersebut dibuat setidaknya sesuai dengan dua kepentingan sampai tiga kepentingan. Kepentingan yang pertama adalah menunjukkan keterangan tempat, seperti Manchester United yang lahir di kota Manchester, Inggris atau FC Barcelona yang lahir di kota Barcelona, Spanyol. Kepentingan kedua ialah keterangan organisasi, yakni adanya keterangan Football Club (FC), Associazione Club (AC), atau Società Sportiva (S.S). Kepentingan yang ketiga adalah keterangan yang implisit tapi sebenarnya akan menjadi kepentingan yang dominan, yakni kepentingan industri. Mayoritas nama-nama klub sepakbola Eropa menunjukkan branding yang sangat baik untuk kepentingan industri klub tersebut. Oleh sebab itu, menurutku, nama Barcelona bisa ter-branding secara otomatis sebagai salah satu klub sepakbola Eropa tanpa perlu melulu membawa FC-nya. Begitu pula dengan AC Milan, nama Milan saja sudah secara otomatis mengingatkan kita dengan seragam hitam-merah dan mengingatkan banyak hal tentang salah satu klub sepakbola asal Italia tersebut. Chelsea pun begitu, bahkan tanpa membawa keterangan tempat saja, mayoritas orang sudah tahu bahwa Chelsea adalah klub sepakbola yang berasal dari sebelah barat kota London.
Mari kita tilik-tilik, nama-nama klub sepakbola Indonesia dengan awalan “per-“ atau P. Adakah kepentingan industri pada nama-nama itu? Hampir tidak ada! Nama-nama seperti itu tidak jauh dari nama-nama organisasi “kaku” atau seperti partai politik di Indonesia yang berpotensi membuat persepakbolaan Indonesia menjadi kaku pula.
Betul. Beberapa tahun yang lalu, banyak dari klub sepakbola Indonesia yang khususnya lahir di Indonesia Premier League (IPL) telah mentransformasi nama mereka "menjadi seperti" nama-nama di beberapa klub Eropa. Contohnya, Madura United, Real Mataram, atau Tangerang Wolves. Jujur, aku pribadi malah tidak sreg sama sekali dengan format seperti itu. Kenapa? Karena bila kita memaksakan untuk ikut-ikutan seperti Eropa, maka selamanya klub-klub itu akan berada di belakang klub-klub yang mereka ikuti tersebut. Jadi, maksudku, kepentingan industri dari sebuah nama harus mengacu juga kepada filosofi yang baik dan jelas. Apa manajemen Real Mataram itu tahu arti kata "real" di nama klub mereka, beserta filosofinya. Aku sepertinya sangat mengapresiasi nama-nama seperti Semen Padang atau Arema Cronus. Padahal, Semen Padang secara eksplisit adalah brand semen, tapi buktinya, semua orang di Indonesia bisa langsung membayangkan sebuah klub sepakbola setelah mendengar frase Semen Padang. Itulah kekuatan branding. Sebab branding selalu ingin menciptakan dirinya sendiri.
Oleh sebab itu, menurutku, permasalahan sepakbola di Indonesia, tidak melulu permasalahan manajemen yang mungkin terkenal amburadul, tapi juga menyisakan permasalahan nama, permasalahan bahasa, permasalahan tujuan. Apakah klub sepakbola yang kita buat akan bermuara kepada kepentingan organisasi atau juga untuk kepentingan industri? Silakan berspekulasi! ;)