Menurut seorang sosiolog dari Universitas Indonesia, Nia Elvina menilai nama-nama yang muncul sebagai kandidat capres masih belum kuat memaparkan visinya.
“Dari calon presiden yang ada saat ini belum kelihatan visinya. Calon pemimpin yang tidak memiliki visi sangat mengkhawatirkan masa depan Indonesia lima tahun mendatang,” kata Nia Elvina
Menurutnya juga, bahwa pemimpin itu harus memiliki visi agar bisa berperan baik pada tingkat global maupun nasional. “Jadi calon presiden tidak hanya menangani urusan dalam negeri tetapi juga pada tingkat global,”.
Seharusnya, pemimpin Indonesia kedepan harus memiliki kemampuan diplomasi sehingga bisa mengetahui pertarungan pada tingkat global.
Calon presiden yang ada seperti Jokowi, Prabowo, dan Aburizal Bakrie belum terlihat gagasannya mengenai upaya mengatasi tantangan ekonomi global termasuk memajukan ekonomi kerakyatan melalui program Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).
Padahal pemimpin ke depan harus memiliki visi ekonomi kerakyatan karena mayoritas masyarakat Indonesia adalah petani dan nelayan. Ini akan menjadi tantangan presiden Indonesia lima tahun mendatang untuk mengatasi ketimpangan struktural.
Kalau kita melihat dari ketiga calon yang ada belum menyentuh problem struktural yang dihadapi mayoritas masyarakat Indonesia yakni para petani, buruh dan nelayan.
Ekonom Aviliani juga mengatakan pemimpin Indonesia lima tahun ke depan harus mampu mengatasi tiga tantangan. Yakni menyelesaikan disparitas pendapatan, menciptakan lapangan pekerjaan, dan menata dunia pendidikan.
“Menciptakan lapangan pekerjaan dan membereskan pendidikan karena rata-rata masyarakat Indonesia masih berpendidikan Sekolah Dasar (SD) atau Sekolah Menengah Pertama (SMP),” kata Aviliani.
Aviliani mengaku belum mengatahui visi dan gagasan di bidang ekonomi dari calon presiden PDIP Joko Widodo (Jokowi) dan calon presiden Partai Golkar, Aburizal Bakrie. Sedangkan calon presiden dari Partai Gerindra Prabowo Subianto sudah ada gagasan di bidang ekonomi meskipun baru sedikit yang diketahui publik. Aviliani menilai belum melihat ada perdebatan atau adu argumen diantara para calon presiden maupun parpol pengusung capres.
Gagasan atau visi capres seharusnya menjadi yang utama untuk menilai calon presiden oleh sebab itu diharapkan masyarakat harus mengutamakan dalam menilai gagasan para capres ketimbang hanya melihat persepsi figur.