Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ilmu Sosbud

Menyoal Diglosia dalam Ranah Dakwah Islam

21 Januari 2022   14:00 Diperbarui: 21 Januari 2022   14:00 264 1
Dakwah yang merupakan khazanah istimewa Islam diperintahkah dalam firman-Nya yang berbunyi, “Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung (Ali Imran / 4:104). Dalam menunjang keberhasilan dakwah, seseorang harus merancang strategi dakwah yang sesuai dengan objek dakwah. Mengutip dari Moh. Ali Aziz,  strategi dakwah dapat dipahami sebagai perencanaan yang berisi rangkaian kegiatan guna mencapai tujuan dakwah [1]. Terlebih, strategi dakwah harus diaplikasikan dengan beragam asas yang menuntun dai menuju arah dakwah yang efektif lagi efisien. Salah satunya ialah asas sosiologis yang mencakup situasi dan kondisi sasaran dakwah seperti kemampuan linguistik masyarakat sasaran dakwah. Dengan demikian, seorang dai wajib memahami sosiolinguistik masyarakat sehingga tingkat persentase kesuksesan dakwahnya menjadi lebih tinggi. Mengapa demikian? Bahasa pada hakikatnya merupakan proses interaksi verbal antara penutur dengan pendengar [2]. Saat seorang dai hendak berbicara, terbentuk suatu gagasan terkait materi dakwah yang mengalir dalam benaknya. Jika telah tiba waktunya, pesan tersebut disampaikan dalam bentuk ujaran yang nantinya ditransformasikan ke telinga pendengar. Dalam proses umpan balik tersebut, seorang dai seyogianya memperhitungkan faktor sosiokultural dan sosiosituasional di samping faktor linguistik yang cenderung mengarah kepada tata gramatikal [2].

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun