Salah satu yang paling sering dirasakan adalah tidak adanya lagi hidangan berbuka puasa bersama keluarga. Biasanya, ibu akan menyiapkan aneka makanan dan minuman yang menjadi favorit anggota keluarga. Namun, jauh dari rumah, mahasiswa hanya bisa menikmati berbuka puasa seorang diri atau bersama teman kos. Suasana hangat dan penuh kasih sayang saat berkumpul keluarga saat berbuka puasa tak lagi terasa.
Kebersamaan dalam melaksanakan ibadah Ramadhan juga menjadi hal yang hilang. Di kampung halaman biasanya anggota keluarga akan melakukan tadarus Al-Qur'an yang bergilir dari rumah ke rumah, shalat Tarawih bersama-sama di masjid, atau saling mengingatkan untuk menunaikan ibadah. Namun, di rantauan, mahasiswa harus berusaha sendiri untuk tetap istiqamah melaksanakan ibadah di tengah kesibukan perkuliahan.
Jadwal perkuliahan yang padat adalah  tantangan bagi mahasiswa. Terkadang mahasiswa harus berbenturan antara kegiatan akademik dan ibadah Ramadhan. Padatnya tugas dan deadline membuat mahasiswa kesulitan untuk fokus pada ibadah dan menghayati makna Ramadhan.
Suasana masjid di kampung halaman yang ramai saat Ramadhan juga turut menjadi kenangan yang hilang. Biasanya, masjid akan dipenuhi oleh jemaah yang bersemangat melaksanakan Shalat Tarawih.
Kehilangan suasana Ramadhan di lingkungan keluarga memang menjadi tantangan tersendiri bagi mahasiswa. Namun, hal ini juga menjadi kesempatan bagi mereka untuk belajar mandiri dalam beribadah dan menjaga komitmen diri. Dengan begitu, mahasiswa dapat tetap merasakan makna Ramadhan meski jauh dari rumah.