Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

37 Jam Mengarungi Lautan, Relawan BBN Antar Buku untuk Anak-anak Rote Ndao

10 Desember 2012   06:16 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:55 657 1

itulah yang terbersit ketika Ketua Bakti Bagi Negeri (BBN) Sekar Telkom Eyen Ekayatri menawarkan untuk Naik Kapal Laut mengawal buku-buku BBN Gerakan ½ Juta Buku Untuk Anak Negeri Program Bakti Bagi Negeri (BBN) ke Kabupaten Rote Ndao Provinsi Nusa Tenggara Barat di Pulau Rote yang merupakan Pulau Paling Selatan Indonesia bersama Relawan BBN Makassar Jitzak Jakhin Tamesen Ninef.

Pengalaman berlayar dengan Kapal Laut PELNI jaman tahun 1985-1990-an dari Ambon ke Jakarta kini terulang kembali, bedanya kalau jaman tahun 1980-an dulu ketika para Relawan Muda ini belum lahir. Saat itu Pegawai Perumtel hanya mampu naik Kapal Laut PELNI kelas 4 dengan Tarif Rp.80.000,- untuk berlayar selama 4 malam 5 hari karena gajinya memang hanya Rp.80.000,-/bulan, kali ini Relawan BBN diberikan Fasilitas Kamar kelas 1 dengan kapasitas 2 Orang.

Di kegelapan malam kota Anging Mamiri, tepat Jam 24.00 tengah malam, Rabu 21 Nopember 2012 Kapal Penumpang KM.Bukit Siguntang bergerak meninggalkan Pelabuhan Nusantara Makassar menuju Pelabuhan Maumere di Utara Pulau Flores. Tak ada yang bisa dilakukan selepas tengah malam diatas Kapal ditengah penuh sesaknya para penumpang yang bergelimpangan di lorong-lorong dek, ditangga-tangga Kapal selain mandi air hangat yang tersedia di Kamar Mandi Kelas 1 dan menikmati Nasi Bungkus yang dibeli ‘Oom Zak’ Jitzak Ninef.

Begitu pula pagi harinya, seusai melihat laut yang tiada bertepi, di kiri laut di kanan laut di depan Laut dan di belakang juga laut dan seusai sarapan di Ruangan khusus Kelas 1 dan 2, menit demi menit waktu dihabiskan di dalam kamar, Tidur. Selain karena mata sudah terlalu kenyang disuguhi pemandangan laut nan biru dan jernih dan terputusnya komunikasi akibat tidak ada sinyal TelkomFlexi dan Telkomsel di tengah Laut. Sementara sinyal Telkomsel dengan Pico BTS diatas Kapal PELNI KM.Bukit Siguntang pun konon kabarnya sudah lama rusak dan sudah tidak berfungsi disamping suasana di kamar kelas 1 dengan pendingin udara sangat mendukung untuk tidur dan tidur menunggu Kapal baStoom dan suara corong Awak Kapal memberitahukan waktu makan, Kapal sebentar lagi bersandar, pengumuman pemutaran Film, pemeriksaan tiket dll.

Rupanya pelayaran malam hari ini tidak langsung ke Kupang melainkan singgah terlebih dahulu ke Pelabuhan Lewoleba di Pulau Lomblen atau yang lebih biasa masyarakat NTT menyebutnya Lembata. Pulau kecil yang kering yang tidak begitu banyak mempunyai tempat wisata. Tapi di daerah inilah Tradisi ratusan tahun masih dipelihara. Ya!!!, tradisi berburu ikan paus di Lamalera. Sudah begitu banyak tradisi berburu ini di muat di media cetak maupun elektonik, dalam dan luar negeri. Tradisi ini biasanya diadakan pada bulan Mei-November yang diawali dengan upacara adat untuk memohon berkah dari sang leluhur serta mengenang arwah nenek moyang masyrakat Lamalera yang gugur di medan bahari bergelut dengan sang paus, upacara ini dinamakan Upacara Adat Lefa!!

Tim-3 merupakan Tim terakhir yang akan menyusul ke Pulau Rote masih menyisakan banyak PR, mulai dari antrian panjang di SPBU untuk mengisi Premium, anggota Tim yang akan berangkat terkait KBM yang bisa diisi premium sampai pada persoalan antrian Kapal Ferry di Dermaga Ferry Bolok Kupang agar Mobil yang membawa 10 karung buku untuk 10 SD di Rote Ndao bisa masuk ke Kapal Ferry yang hanya melayani 1 Trip Penyebrangan dari Kupang ke Pulau Rote.

Manager  CS Area Kupang Albert Sumbadji bergabung dengan Tim-2 yang sebelumnya 3 Orang, Ferdi Rosman Feizal (DPP Sekar Telkom), Yoseph Alexander Tiba (DPW 7 KTI) dan Pelipus Limo (DPD NTT) karena mobilnya tidak mendapatkan premium ketika antri malam hari kemarin.

Di Kapal Ferry yang hanya menempuh perjalanan 4 jam, Tim-3 duduk-duduk santai di atas tumpukan buku-buku BBN di mobil bak mobil pick-up sambil menikmati makanan ringan dan kopi, terkadang jepret-jepret keindahan pemandangan perairan laut antara Kupang dan Pulau Rote.

Kegembiraan Tim semakin bertambah setelah melewati Gapura Selamat Datang, karena disuguhi dengan jalanan mulus dan pemandangan laut yang menyejukkan mata, sesejuk wajah-wajah anak-anak negeri Rote Ndao yang berbibar-binar matanya menyambut buku-buku yang mereka nantikan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun