Kabut tebal masih menyelimuti saat Ayu melangkah keluar dari gerbang yang kini sudah tertutup rapat. Napasnya tersengal, tubuhnya terasa berat, tetapi hatinya penuh dengan campuran emosi---lega karena berhasil, tetapi juga diliputi kehilangan yang dalam.
Di hadapannya, desa yang ia kenal telah lenyap. Tidak ada rumah, jalan setapak, atau suara kehidupan. Hanya ada hamparan hutan yang sunyi, seolah desa itu tak pernah ada. Ayu berdiri di tengah-tengah, memandangi kabut yang perlahan memudar.
"Apa... yang sebenarnya terjadi?" bisiknya, air matanya menetes tanpa ia sadari.
Tiba-tiba, suara lembut namun tegas bergema di sekelilingnya, suara yang ia kenal baik. "Ayu, ini adalah akibat dari pilihanmu."
Ayu menoleh, mencari sumber suara. "Raka? Kau di mana? Apakah kau masih hidup?"
Sosok Raka muncul dalam bentuk bayangan kabur, matanya masih bersinar keemasan seperti sebelumnya. "Aku tidak benar-benar hidup atau mati, Ayu. Aku sekarang menjadi bagian dari keseimbangan antara dunia manusia dan dunia gaib."
Ayu berlari ke arah bayangan itu, tetapi tangannya hanya menyentuh udara kosong. "Kenapa desa ini menghilang? Aku hanya ingin menyelamatkan dunia manusia, bukan menghancurkan semuanya!"
Raka mengangguk pelan. "Desa ini adalah perantara antara dua dunia, Ayu. Menutup gerbang berarti memutuskan desa dari keberadaan dunia nyata. Tapi ingat, ini adalah pengorbanan yang diperlukan untuk melindungi dunia manusia dari kehancuran yang lebih besar."
Ayu jatuh berlutut, cermin ajaib di tangannya kini kehilangan sinarnya. "Lalu apa yang harus kulakukan sekarang? Aku merasa kehilangan segalanya."
Raka tersenyum tipis, suaranya lembut namun mengandung kepastian. "Kau tidak kehilangan segalanya, Ayu. Sebaliknya, kau telah menerima sesuatu yang jauh lebih besar. Kau sekarang adalah penjaga keseimbangan antara dua dunia."
"Penjaga keseimbangan?" Ayu mengangkat wajahnya, menatap bayangan Raka dengan penuh kebingungan. "Apa artinya itu? Bagaimana aku bisa menjalani tanggung jawab ini?"
Raka mengulurkan tangannya yang kabur, meskipun Ayu tak bisa menyentuhnya. "Tugasmu adalah memastikan bahwa kedua dunia tetap dalam harmoni. Dunia manusia akan terus menghadapi ancaman dari dunia gaib, dan hanya kau yang memiliki kekuatan untuk menjaga keseimbangan itu."
Ayu menunduk, cermin di tangannya mulai memancarkan sedikit cahaya, seolah merespons tanggung jawab barunya. "Aku tidak yakin bisa melakukannya, Raka. Aku hanya seorang gadis biasa."
Raka tertawa pelan. "Kau tidak pernah biasa, Ayu. Kau telah membuktikan keberanianmu, tekadmu, dan pengorbananmu. Kau akan menemukan jalanmu, aku yakin."
Ayu terdiam sejenak, mencoba menerima kenyataan baru ini. "Raka, apa aku akan pernah melihatmu lagi?"
Bayangan Raka mulai memudar, tetapi suaranya tetap terdengar jelas. "Aku selalu bersamamu, Ayu, dalam setiap keputusan yang kau buat untuk menjaga keseimbangan ini. Jangan pernah merasa sendirian."
Saat kabut terakhir menghilang, Ayu menyadari bahwa ia kini berada di pinggir desa tetangga, tempat ia pertama kali memulai perjalanan ini. Orang-orang melihatnya dengan tatapan bingung, tetapi Ayu tahu, hidupnya tidak akan pernah sama lagi.
Ia menggenggam cermin itu erat-erat, memandang ke langit yang kini cerah. Dengan napas dalam, ia berbisik pada dirinya sendiri, "Aku akan melindungi kedua dunia, apa pun yang terjadi."
Dari kejauhan, suara angin berdesir seolah menyampaikan pesan terakhir dari Raka: "Keseimbangan kini berada di tanganmu."
Ayu melangkah ke dunia baru yang penuh tantangan dan misteri, siap menjalani perannya sebagai penjaga keseimbangan. Perjalanan mungkin telah berakhir, tetapi tugasnya baru saja dimulai.***