Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerbung

Bayangan di Balik Kabut Episode 7: Gerbang Terakhir

12 Desember 2024   07:39 Diperbarui: 12 Desember 2024   08:50 35 0
Episode 7: Gerbang Terakhir

Langit di atas hutan Larangan memerah, seperti darah yang menodai cakrawala. Angin dingin berhembus, membawa suara-suara samar dari dunia gaib. Di depan Ayu berdiri sebuah gerbang besar dengan ukiran rumit yang bersinar samar, dijaga oleh makhluk raksasa bertubuh hitam pekat dan mata merah menyala.

"Kau kembali lagi, manusia?" suara makhluk itu menggema seperti ribuan suara sekaligus. "Kali ini, tidak ada jalan keluar."

Ayu mengangkat cermin di tangannya, gemetaran namun tegas. "Aku tidak akan lari. Aku di sini untuk mengakhiri ini."

Makhluk itu menggeram, suaranya seperti gemuruh petir. "Beraninya kau, seorang manusia lemah, berpikir bisa menutup gerbang ini! Dunia kalian hanya akan bertahan karena kami membiarkannya. Menutup gerbang berarti kehancuran bagi kalian semua!"

"Dan membiarkan gerbang tetap terbuka berarti kehancuran kedua dunia!" balas Ayu, melangkah maju meskipun kakinya terasa berat. "Aku tidak akan membiarkan kalian menguasai dunia manusia!"

Makhluk itu melangkah maju, tanah bergetar di bawah bobotnya. "Beraninya kau menantang kami? Bahkan cermin itu tidak cukup kuat untuk melawan kekuatan dunia gaib!"

Raka, yang berdiri di belakang Ayu, berteriak. "Ayu, jangan dengarkan dia! Gerbang ini harus ditutup. Itu satu-satunya cara untuk memulihkan keseimbangan!"

Ayu menoleh ke Raka, ragu. "Tapi apa yang akan terjadi pada dunia manusia jika gerbang ini tertutup? Apa tidak akan ada dampaknya?"

Raka terdiam sejenak, lalu berkata pelan. "Akan ada harga yang harus dibayar. Dunia manusia akan kehilangan sebagian koneksinya dengan dunia gaib dan tidak akan ada lagi perlindungan, tidak ada lagi keajaiban."

Makhluk itu tertawa, suaranya seperti derai kaca pecah. "Dengar itu, manusia! Dunia kalian akan kehilangan cahaya, keajaiban, dan harapan. Apakah itu harga yang ingin kau bayar?"

Ayu memejamkan mata, cermin di tangannya bersinar terang, seolah merespons konflik di hatinya. Ia mengingat wajah teman-temannya, keluarganya, dan semua orang di desanya. Dengan suara yang penuh tekad, ia berkata, "Aku tidak akan membiarkan keegoisan kalian menghancurkan dunia manusia. Jika itu berarti menutup gerbang ini selamanya, aku akan melakukannya!"

Makhluk itu melolong marah, melancarkan serangan besar berupa gelombang energi hitam. Ayu melompat ke samping, menghindari serangan itu dengan susah payah. "Raka, apa yang harus kulakukan?!" teriaknya, panik namun tetap memegang cermin erat-erat.

Raka maju, meskipun tubuhnya bergetar hebat. "Ayu, kau harus mengarahkan cermin itu ke pusat gerbang dan mengucapkan mantra pemulihan. Aku akan mencoba menahan makhluk ini selama mungkin!"

"Kau tidak bisa melawan dia sendiri!" Ayu berteriak.

Raka menoleh, mata keemasannya bersinar dengan kesedihan. "Ayu, ini adalah takdirku. Jika aku bisa memberikanmu cukup waktu, maka semuanya tidak sia-sia."

Ayu menggigit bibirnya, tapi tidak ada waktu untuk ragu. Dengan langkah mantap, ia mendekati gerbang, melafalkan mantra yang diajarkan oleh Raka. Cermin itu mulai bersinar semakin terang, menyelimuti seluruh area dengan cahaya putih murni.

Makhluk itu berteriak marah, mencoba menghentikan Ayu, tapi Raka melompat ke depannya, menghadang dengan seluruh kekuatannya. "Jangan ganggu dia!" teriak Raka sambil melepaskan energi terakhirnya untuk menahan makhluk itu.

Ayu menutup mata, fokus pada tugasnya. "Dengan ini, aku kunci gerbang ini selamanya. Dunia manusia dan dunia gaib akan kembali ke jalan mereka masing-masing!" katanya dengan suara lantang.

Saat cahaya dari cermin mencapai puncaknya, sebuah ledakan besar terjadi. Gerbang itu tertutup dengan bunyi dentuman keras, dan makhluk penjaga menghilang dalam cahaya tersebut.

Ketika semuanya tenang, Ayu berdiri di tengah kehancuran, tubuhnya lelah namun puas. Tapi ketika ia menoleh, Raka tidak lagi ada di sana. Hanya sisa-sisa cahaya keemasan yang perlahan memudar.

"Raka... kau benar-benar pergi," bisiknya, air matanya mengalir tanpa henti.

Di tengah sunyi, suara Raka terdengar samar. "Kau telah menyelamatkan semuanya, Ayu. Terima kasih."

Dengan hati yang berat namun bangga, Ayu kembali ke desa, mengetahui bahwa pengorbanannya dan pengorbanan Raka tidak sia-sia. Dunia telah diselamatkan, meskipun dengan harga yang tak terhingga.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun