Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Artikel Utama

Demo BMI Hong Kong "Bukan" Tanpa Alasan

14 Mei 2012   23:31 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:17 1095 6

Minggu, 13 Mei 2012.

Sebanyak 1500 BMI kembali mendatangi Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Hong Kong untuk melakukan aksi demo kembali yang entah ini untuk ke berapa puluh atau bahkan ratusan kalinya. Tuntutan pun masih sama yakni, berlakukan kontrak mandiri, hapus KTKLN, ijinkan BMI pindah agen, ijinkan BMI menunggu visa di China/Macau, beri perlindungan sejati dan bukan janji, turunkan biaya agen, stop overcharging.

Aksi kali ini juga dilakukan penyerahan tanda tangan penolakan KTKLN sebanyak 30.000 lebih dari para BMI Hong Kong yang sayangnya yang menerima hanya penjaga KJRI dan bukan staf dari KJRI, itupun lewat pintu belakang, seperti biasanya.

Dalam tulisan saya sebelumnya ada yang bertanya kenapa polisi Hong Kong saat mengawal demo terlihat  santai, tanpa pentungan atau senjata lainnya. Ya memang polisi Hong Kong begini adanya. Demo dengan masa ribuan bahkan saat ke kantor pemerintahan Hong Kong sendiri dengan masa sangat besar pun tidak ada polisi yang bawa pentungan apalagi gas air mata, tidak ada.

Kemarin saat demo di KJRI kebetulan dari awal sampai akhir saya bersama rombongan . Melihat dan memerhatikan bagaimana polisi Hong Kong tanpa mengeluh sedikit pun melayani para BMI dengan sabarnya, mengawal BMI dari lapangan Victoria Park menuju  gedung KJRI dengan melewati ribuan BMI dan warga lokal Hong Kong lainnya yang sedang lalu lalang menikmati liburan di sekitar Causeway  Bay.

Sepanjang perjalanan malah polisi banyak ngobrol dengan BMI, ada yang bersenda gurau tanpa ada rasa takut sedikit pun, padahal ini di negeri orang loh. Saya jadi mikir gini, “harusnya pejabat KJRI yang di Hong Kong merasa iri atau bahkan malu melihat keakraban yang terjalin anatara BMI dengan para polisi dan bahkan pejabat pemerintahan/ politisi Hong Kong yang ikut melakukan aksi demo di depan gedung tempat mereka bekerja itu.”

Kebetulan juga saat demo (13-05-2012) ini ada beberapa warga lokal yang bersimpati terhadap perjuangan BMI lalu ikut melakukan orasi dan menyanyikan lagu-lagu dalam bahasa Indonesia meski kalimatnya kurang jelas namun tertutupi oleh dukungan para BMI yang ikut bernyanyi dengan penuh semangat.

BMI Hong Kong kenapa sering demo?

Mungkin pertanyaan ini sempat atau bahkan sedang terlintas dalam pikiran anda. BMI Hong Kong hampir setiap Minggu mendatangi KJRI lalu demo di sana alasannya tak lain dan tak bukan adalah karena KJRI Hong Kong semakin lama semakin tidak berpihak kepada BMI. KJRI mengeluarkan peraturan yang merugikan BMI.

Pengharusan masuk agen saat ganti majikan atau perpanjang kontrak ini salah satu buktinya. Bagaimana mungkin BMI ingin mandiri tapi malah dihalang-halangi. Di  Hong Kong “kalau bisa dipermudah kenapa dipersulit”, tapi untuk KJRI Hong Kong “kalau bisa dipersulit dan diperlama, kenapa dipermudah?”

Pelayanan KJRI sendiri juga sangat mengecewakan. Contohnya, BMI yang datang dengan bersendal jepit dan berkaos tidak akan dilayani oleh mereka. Lalu, kalau misalnya ada BMI yang kabur dari rumah majikan dengan bertelanjang kaki dan baju compang-camping bagaimana?  Inilah yang sama sekali tidak terpikirkan  mereka. Pengharusan  untuk datang ke KJRI saat terkena masalah dan mengisi formulir  laporan juga sangat mempersulit BMI. Bagaimana kalau BMI tersebut tengah malam bermasalah dengan majikannya dan tempat tinggal si majikan sangat jauh dari KJRI? Haruskah menunggu sampai besok pagi dengan meringkuk di pinggir jalan?

KJRI di bawah pimpinan Teguh Wardoyo semakin lama semakin mengalami kemunduran. Jarak antara pejabat dengan rakyatnya semakin jauh terasa. Memang, bagaimana pun kita sebagai WNI di Negara lain tetap membutuhkan perwakilan pemerintah yakni KJRI, tapi jangan salahkan aksi kami kalau KJRI perlakuannya seperti ini terhadap kami yang sedang menjadi buruh migran.

Untuk diketahui bersama, buruh migran di Hong Kong kalau dibandingkan dengan negara lain seperti Timur Tengah, Malaysia dan lainnya "mungkin" bisa dibilang lebih baik, kami memperoleh hak libur seminggu sekali dan kebebasan untuk berorganisasi. Tapi baik di sini karena pemerintah Hong Kong yang sangat tegas dan sangat melindungi kaum buruh migran  yang bekerja di negara Hong Kong, namun sayang, perlakuan baik dari negara penempatan tidak diikuti oleh negara yang menjadi pengirim buruh dalan hal ini adalah KJRI. Jadi tidak heran kalau banyak orang Hong Kong sampai bertanya "ngo tei cen hai em meng lei ko ceng fu" saat melihat aksi kami yang terus-terusan mendatangi KJRI setiap Minggunya.

ngo tei cen hai em meng lei ko ceng fu : kami sungguh tidak mengerti dengan pemerintah Indonesia

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun