Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora Artikel Utama

Eko Mulyadi, Lele dan Kebangkitan Kaum Tunagrahita

10 Oktober 2013   08:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:44 1252 15
Eko Mulyadi (31) adalah sosok sederhana yang sangat menginspirasi. Bagaimana tidak? Di usianya yang masih relatif muda ini Eko sudah diamanatkan untuk menjadi Kepala Desa karena prestasinya yang luar biasa dalam memberdayakan warga Tunagrahita (penyandang retardasi mental) di dusun kelahirannya, Dusun Tanggung Rejo, Desa Karangpatihan, Kecamatan Balong Ponorogo. Prestasinya dalam memberdayakan warga Tunagrahita juga telah membawa Eko untuk masuk menjadi salah satu dari lima orang peraih Danamon Social Entrepreneur Award 2013, sebuah ajang penghargaan bergengsi tahunan yang didedikasikan terhadap individu-individu yang membangun wirausaha berkelanjutan untuk mengatasi masalah sosial disekitarnya. Bagi orang awam seperti saya, prestasi bapak anak satu ini dan apresiasi yang ditujukan padanya adalah sebuah hal yang LUAR BIASA! Eko sebagai individu awam juga tanpa basa basi telah berhasil mematahkan mitos bahwa Tunagrahita tidak dapat diberdayakan agar menjadi insan mandiri, bermartabat dan berguna bagi dirinya dan juga orang lain. Terbukti, kini 98 orang penyandang Tunagrahita dari 48 KK di "Kampung Idiot" (Julukan Dusun Tanggung Rejo) telah memiliki penghasilan sendiri yang diperoleh dari hasil penjualan ikan lele yang berasal dari 1000 bibit lele dari kolam seluas 1x 2 m2 di belakang rumah mereka buatan Eko bersama teman-temannya. Dengan keuntungan bersih antara Rp. 150.000 - Rp. 250.000 per tiga bulan sekali inilah mereka dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari pribadi mereka dan dapat hidup mandiri tanpa harus menunggu donasi berupa makanan tiap bulannya. Menariknya saat ini tidak hanya penyandang Tunagrahita dan keluarganya yang diuntungkan. Kegiatan yang Eko jalankan bersama teman-temannya sejak 2010 dan hanya bermodalkan dana CSR Bank Indonesia Cabang Kediri sebesar Rp. 3.000.000 ternyata kini mempunyai efek domino yang besar. Kini secara keseluruhan penghasilan desa meningkat dengan berkembangnya jumlah kolam dan meningkatnya produktifitas kolam lele yang ada. Mantan aktifis kampus dan juga Karang Taruna ini juga telah membuktikan bahwa siapa saja dapat menjadi pembawa perubahan sosial yang signifikan selama individu tersebut mempunyai keinginan yang mulia, prinsip yang kuat dan tidak nyata yang sederhana namun secara konsisten terus tumbuh. Tiga hal diatas (keinginan, prinsip dan tindakan kongkret) menurut saya adalah kunci keberhasilan Eko dengan kegiatannya. Tanpa ketiganya kegiatan Eko pasti sudah terkubur  di tanah tandus dusun Tanggung Rejo sejak lama. Berlandaskan keprihatinan terhadap warga yang terbelakang yang tidak mempunyai pekerjaan karena sudah tidak bisa melakukan apapun dan prinsip "keterbatasan fisik tak harus menjadi penghalang seseorang melakukan aktivitas yang bermanfaat", kini bukannya terkubur, kegiatan Eko malah terus tumbuh tinggi dan besar layaknya pohon. Terbukti dengan meningkatnya partisipasi warga lokal yang normal dalam memberikan pengarahan (Coaching) kepada setiap Tunagrahita dalam membudidayakan lele. Kini Eko tidak sendiri dalam melatih dan mengajar warga Tunagrahita. Tidak mustahil keberhasilan Eko, teman-temannya dan warga Tunagrahita binannya menjadi inspirasi daerah lain yang mempunyai situasi yang serupa untuk melakukan hal serupa yang membawa perubahan signifikan. Saya optimis Eko mulyadi, dari "Kampung Idiot" Ponorogo dapat memberikan kontribusi besar untuk Indonesia, layaknya Muhammad Yunus (Peraih Nobel) di Bangladesh dengan microfinacenya ataupun layaknya Budi Soehardi (Peraih CNN Heroes) dengan Panti Asuhan Roslin nya di NTT.

Dulu Orang Awam, Kini Peraih Danamon Social Entrepreneur Award 2013

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun