Akhirnya setelah sembilan tahun mencari, ibu mampu menemukan ayah kandung kami. Aku masih ingat saat di mana ibu memaksa kami bertiga turun di depan rumah yang begitu besar, namun tidak terlihat mewah, justru menyeramkan. Dia tidak bilang ini rumah siapa atau alasan datang ke sini--yang pasti dia terlihat menggebu-gebu. Setelah satpam membiarkan kami semua masuk, ibu menyeret kami bertiga yang saat itu tidak ada yang mau masuk ke rumah horror ini. Begitu sampai di ruang tamu, kami disambut dengan pria dewasa yang terlihat tinggi kekar. Dia terlihat angkuh menjaga jarak dari ibuku yang terus berjalan mendekatinya. Seketika pertengkaran antara ibu dan pria itu meledak. Kata-kata kasar keluar tanpa hormat dari mulut ibuku, pria itu juga tak mau kalah mendominasi ibu. Meski begitu, menurutku ibu masih berada di posisi dominan. Dia memang pandai berdebat. Aku baru sadar pria itu adalah ayah kandungku setelah ibu meminta pertanggung jawaban. Salah satu kalimat ayah yang paling kuingat sampai saat ini adalah, "Aku tidak sudi menerima tiga anak iblis ini sebagai anakku!" katanya sambil menunjuk lurus ke arahku. Aku sebagai kakak yang paling dewasa, menutup salah satu telinga adik-adikku, dan menyuruh mereka menutup sisi lainnya. Salah satu adikku menangis, dia sangat tidak suka kekerasan. Satunya lagi terlihat seakan-akan ingin menginterupsi pertengkaran di depannya dan ikut dalam perdebatan ini, mukanya marah.
Pertengkaran itupun akhirnya disudahi--dari yang kudapat, ibulah pemenangnya. Setelah itu sesi lelang segera dimulai. Ibu membebaskan ayah memilih dua di antara kami untuk diambilnya. Ayah memilihku dan saudaraku yang menangis tadi. Kemudian dia langsung mengusir ibu dan membelakangi kami. Ibu tidak langsung pulang, dia justru mulai perdebatan akan betapa tidak sopannya ayah kepadanya. Sembari mengeluarkan kata-kata yang tidak kalah tidak sopannya--ibu menukarku dengan dengan anak yang terlihat marah tadi. Kami bertiga kembar identik dan disuruh memakai baju yang sama ke sini. Tentu saja, ayah tidak mampu menyadarinya, dia baru saja dikenalkan dengan anak-anaknya. Dan hanya begitu--aku dibawa pulang oleh ibu dan dia memulai keluarga barunya dengan suami baru. Ibu melihatku sebagai anak sekarang, dia merawatku dengan baik, aku juga memiliki saudara perempuan seibu dan ayah yang menyenangkan. Jika disuruh cerita pengalaman traumatis mungkin ceritanya hanya berakhir sampai di sini untukku, tetapi tentu tidak bagi kedua saudara kembarku yang selama bertahun-tahun disiksa oleh ayah di rumah horrornya.