Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Dialog

7 Maret 2012   23:46 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:23 43 0
tiba-tiba, aku ingin kau memotong rambutku

membersihkan misai, mencukur jenggotku

memasangkan gigi-gigi palsu di ompongnya gigiku

sembari kunikmati senyum dan gerak bibirmu

kehidupan telah memberikan tanda mata berupa bekas-bekas luka

berjejer dari kepala hingga mata kaki

antri menunggu sentuhanmu

agar aku bisa sedikit membuka mata

ada ruang ruang batin yang menuntut kerutinan

ada ruang ruang wadaq yang mencipta kehendak

masa bergulir dari petang ke petang

tak mengapa sedikit membuka tanya

pada mereka yang menunggui pematang

menanti jawaban mereka yang barangkali

terkesan arif, bijaksana, luhur dan bermartabat

tak semua tahu liku dan jauh perjalanan yang terbisukan

mungkin hanya sekedar membaca puncak-puncak bukit

yang sempat diberikan tanda, dipotret atau tertuliskan

selebihnya dasar hanya perkiraan, praduga dan penetapan

tentu, kuharap kau tidak memintaku jadi pembesar

yang harus mewarnai hidup dengan ketakutan-ketakutan

dari soal moralitas yang berlaku mundur hingga

dugaan-dugaan sentimentil dari kiri, kanan, tengah, atas dan bawah

bukankah engkau tahu?

sejawatku sangat pintar menduga dan membuat praduga-praduga

apalagi yang pernah dan yang akan menjadi musuh

mereka sangat pintar mencari atau bahkan menciptakan barang bukti

guru mereka adalah serial detektif dan infotaiment di televisi

standar kode moral mereka bisa saja berganti-ganti

seiring kode-kode yang mana yang sedang berkuasa di belahan dunia kita ini

jadi pembesar itu rumit, sedikit lebih rumit dari menjadi selebritis

sama-sama harus bertanggung jawab atas segala ucap dan perbuat

tapi, untuk saat ini

aku ingin kau memotong rambutku

membersihkan misai dan mencukur jenggotku

biarkan saja ada rumpang di ruas geligiku

dan jangan kau sentuh bekas-bekas luka itu

aku sedang tidak ingin membuka mata

angkasapuri, 8/3/12

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun