Pernahkah anda merasa bingung dan sulit untuk memperoleh informasi atau data, terkait sebuah permasalahan secara cepat? Tentunya, kita hampir pernah mengalaminya dan termasuk saya sendiri. Saya memiliki pengalaman, ketika itu saya ingin menulis tentang sebuah artikel terkait peternakan di Indonesia. Saya sangat sedikit sekali memiliki pengetahuan, informasi, dan data tentang perkembangan peternakan di Indonesia. Tetapi, saya terbantu dengan kumpulan artikel dan informasi, yang saya peroleh dari koran dan media online (situs berita dan blog). Akhirnya, artikel yang saya buat pun, mendapat cukup banyak apresiasi dan memberikan gambaran baru tentang kondisi peternakan di indonesia (red-2011). Padahal, sebelumnya saya hanya sedikit memiliki informasi dan pengetahuan untuk menulis topik tersebut.
Apa jadinya, jika saat akan menulis artikel, saya sulit untuk memperoleh sumber informasi dan data sebagai sumber pendukung dan sumber, karena minimnya artikel yang memuat data dan informasi yang dibuat. Sehingga, pastinya artikel yang saya buat, akan sulit dalam mengungkap sebuah permasalahan secara mendetail. Ataupun di saat kita ingin melakukan perdebatan tentang sebuah permasalahan baru, kita sangat sulitdalam memperoleh sumber informasi dan data, guna mendukung argumentasi kita. Meskipun, kita bisa memperoleh informasi dan data yang diperlukan, tetapi kita harus terjun kelapangan dan tentunya akan membutuhkan waktu yang relatif cukup lama, serta belum tentu informasi dan data yang kita peroleh secara lengkap dan detail.
Maka dari itu, agar kondisi di atas tidak terjadi, alangkah baiknya jika kita memiliki informasi, ilmu, pengalaman, dan data yang dirasa bermanfaat. Sebaiknya, kita bagikan kepada seluruh orang yang membutuhkan melalui tulisan yang kita buat dalam bentuk artikel ilmiah, essay, jurnal, dan berita. Kita tidak usah bingung untuk menyalurkan tulisan kita. Banyak sekali media yang dapat kita gunakan dan bahakan media tersebut juga dapat sebagai media belajar menulis dan sharing bagi kita, seperti : blog, koran, website, majalah, jurnal, mading, dan sebagainya.
Memang, saat kita akan untuk memulai menulis, khususnya dalam menyampaikan ide, gagasan, ilmu, pengalaman, dan data yang kita miliki dalam bentuk tulisan, pada awalnya relatif sangat sulit daripada menyapaikannya dalam bentuk lisan. Salah satu penyebabnya ialah kita jarang dan bahkan tidak dibiasakan untuk menulis. Hal ini sempat saya alami dan bahkan teman-teman saya waktu di kampus, sangat jarang yang bisa menulis khususnya menyangkut artikel ilmiah.
Hal di atas dibuktikan ketika terdapat kompetisi menulis atikel ilmiah dan essay di kampus. Peserta yang mendaftar pun, dapat dihitung dengan jari dan bahkan para penonton yang datang pun juga sangat sedikit. Mereka bukannya tidak bisa menulis, tetapi karena keinginan dan budaya menulis yang sangat rendah di Indonesia. Saya sendiri sangat sangat setuju dengan kebijakan baru dari DIKTI (27/1/2012), terkait seluruh mahasiswa (S-1, S-2, S-3) di Indonesia diwajibkan untuk membuat dan mempublikasikan tulisan karya ilmiahnya, sebagai salah prasyarat kelulusan. Melalui kebijakan tersebut, kita “dipaksa” secara positif untuk terbiasa dengan kebiasaan menulis artikel ilmiah khususnya.
Jika kebiasaan berbagi melalui menulis ini, menyebar menjadi budaya menulis di seluruh Indonesia. Saya yakin hal ini dapat membantu kita bersama dalam memperoleh berbagai macam sumber informasi, data, ilmu, dan sebagainya. Selain itu, melalui kebiasaan menulis ini juga, kita dapat juga melatih kemampuan berpikir dan menyampaikan gagasan melalui tulisan serta manfaatnya dapat merangsang Impuls-impuls syaraf dalam otak kita, sehingga dapat mengurangi kepikunan. Selain itu, Indonesia akan dapat menjadi bangsa yang cerdas dan berpendidikan karena menulis dan publikasi ilmiah telah membudaya.
Sehingga, tidak akan ada lagi sentilan yang menyebutkan, sedikitnya publikasi Ilmiah Internasional yang diterbitkan oleh para peneliti di Indonesia dan para mahasiswa di Indonesia tidak perlu khawatir terkait kebijakan DIKTI (27/1/2012) yang baru tersebut, karena budaya menulis telah tertanam kuat di Indonesia khususnya pada dunia pendidikan. Maka dari itu, saya mengajak seluruh kawan-kawan khususnya para Kompasianer untuk menyebarkan kebiasaan menulis ini kepada: teman, rekan kerja, keluarga, anak, adik, kakak, dan siapapun. Selamat berbagi melalui menulis.