Mursid bertopang dagu di atas meja kerjanya. Pikirannya mengembara tak tentu arah. Kitab Bulughul Maram yang semula hendak ditelaahnya, terbuka begitu saja. Ia mengabaikan hari-hari penuh pengampunan yang hendaknya diisi dengan amal shaleh. Misalnya bersedekah atau menuntut ilmu bermanfaat.
KEMBALI KE ARTIKEL